Cahaya Muslih Mau’ud


Oleh : Mln. Yusuf Awwab
Kegaduhan muncul ketika berlangsungnya pemilihan khalifah untuk menggantikan Khalifah I, Hahdrat Hakim Nuruddin yang wafat. Kegaduhan tersebut ditimbulkan karena ketidakpuasan dan ketakutan. TIDAK PUAS karena muncul nama yang dianggap tidak kredible dan kompeten dalam daftar nama calon Khalifah tersebut. 
TAKUT karena dikhawatirkan nama yang tidak berbobot tersebut terpilih menjadi Khalifah. Akhirnya, upaya penghadangan dan pembatalan pun dilakukan oleh salah satu kandidat lainnya yaitu Muhammad Ali beserta kawan-kawannya. Padahal, Muhammad Ali merupakan calon kuat sebagai suksesor Hahdrat Hakim Nuruddin, namun kenapa muncul ketakutan pada dirinya saat nama anak muda yang baru berusia 25 tahun muncul sebagai salah satu kandidat suksesor lainnya.
Muhammad Ali dan kawan-kawannya pun memboikot pemilihan tersebut dan menyebarkan fatwa-fatwanya bahwa Khalifah di dalam Ahmadiyah itu tidak ada, yang ada hanya ke-Amiran. Pemuda berusia 25 tahun itu pun mempertanyakan alasannya. 
Bukankah Muhammad Ali pun mengakui Hadhrat Hakim Nuruddin sebagai Khalifah Ahmadiyah yang pertama, lalu kenapa sekarang ia mengatakan bahwa sistem kekhalifahan sudah tidak ada. Sang Pemuda pun memohon agar Muhammad Ali dan kawan-kawannya untuk mengadakan pemilihan kembali, dan ia akan mengambil baiat kepada siapapun yang terpilih menjadi Khalifah selanjutnya.
Sang Pemuda beserta anggota Jemaat Ahmadiyah lainnya menunggu di luar dan berdoa agar seorang khalifah baru terpilih. Di tengah situasi tersebut, tiba-tiba pintu ruangan pemilihan terbuka. Sang Pemuda berhambur mendekati Muhammad Ali menanyakan apakah seorang khalifah baru sudah terpilih atau mungkinkah Muhammad Ali yang menjadi Khalifah selanjutnya. 
Namun betapa terkejutnya pemuda tersebut saat seorang sahabat Masih Mau’ud as mengumumkan bahwa khalifah baru tersebut adalah beliau. Sang Pemuda terdiam membisu, tidak bisa bicara dan berkata apa-apa. Seperti ada sebuah bongkahan batu besar yang menimpa kepalanya. Beliau merasa masih terlalu muda dan terlalu lemah untuk memikul tanggung jawab sebesar itu. 
Beliau menganggap belum dan tidak pantas berdiri sebagai seorang Khalifah. Masih banyak para sahabat Masih Mau’ud as lainnya yang pantas sebagai Khalifah. Di tengah tekanan pikiran tersebut, salah seorang sahabat Masih Mau’ud as menuntun beliau mengucapkan janji setia para Ahmadi terhadap Khalifah baru.
Akhirnya kekhawatiran dan ketakutan Muhammad Ali dan kawan-kawannya terbukti. Sang Pemuda dan bukan dirinya lah yang menjadi Khalifah selanjutnya. Muhammad Ali dan seluruh kawan-kawannya pun memisahkan diri ke Lahore dengan membawa semua surat-surat berharga serta seluruh kas keuangan Ahmadiyah lalu mendirikan Gerkan Ahmadiyah Lahore. 
Sang Pemuda dengan beberapa sahabat Masih Mau’ud as lainnya hanya bisa terpaku. Bukan hanya aset berharga dan keuangan Ahmadiyah yang pergi namun para Ahmadi yang berpangkat dan terkenal secara duniawi pun turut pergi meninggalkannya. Namun sang Pemuda lantang mengatakan bahwa meski semua orang meninggalkan Jemaat ini beliau akan tetap berdiri dan meneruskan perjuangan Jemaat Al-Masih ini.[1]
Sang Pemuda yakin bahwa Jemaat ini dari Tuhan dan akan tegak berdiri sebagaimana janji Tuhan dalam sabda Hadhrat Masih Mau’ud asAllah Ta’ala secara berturut-turut memberitahukan kepadaku dengan wahyu-Nya bahwa wafatku telah dekat, begitu bertubi-tubinya wahyu tersebut sehingga hidupku begitu terguncang hingga kedasar.[2]
Kemudian beliauasbersabda Orang-orang dari Jemaat pun merasa ragu-ragu. Mereka jadi putus asa, malangnya berapa dari mereka menjadi murtad. Dalam keadaan demikian Allah Ta’ala untuk KEDUA KALINYA menunjukan KUDRAT-Nya yang amat kuat, dan Jemaat yang hampir akan roboh ini disambut-Nya kembali. Jadi orang yang sabar sampai akhir akan menyaksikan mukjizat Allah Ta’ala ini.[3]
Lebih jauh beliauasbersabda Tuhan akan mengirimkan KUDRAT KEDUA itu kepadamu yang akan tinggal bersama kamu selama-lamanya.[4]
Wahyu tersebut mematahkan pendapat Muhammad Ali dan kawan-kawannya bahwa setelah Kekhalifahannya Hadhrat Hakim Nurdin, maka kekahalifahan di Ahmadiyah sudah tidak ada. Bahkan, wahyu tersebut mempertegas bahwa kekhalifahan ini akan tegak hingga bumi ini berakhir. 
Muhammad Ali beserta kawan-kawannya bukan tidak hafal dengan wahyu tersebut namun mereka tidak siap jika yang memimpin mereka adalah anak bau kencur, yang dari segi ilmu duniawi tidak ada sejari kukunya pun dengan yang dimilikinya. 
Kekhawatiran Muhammad Ali yang lainnya adalah karena ia takut jika wahyu tentang anak yang dijanjikan tersebut tergenapi pada masanya. Padahal ia bernafsu sekali untuk menjadi Khalifah pengganti Hadhart Hakim Nurudin. Bisa jadi ia mengharapkan agar wahyu tersebut tergenapi setelah berakhir masanya menjadi Khalifah. 
Oleh karena itu, ketika nama Sang Pemuda tercantum dalam daftar calon khalifah selanjutnya, ia menjadi aktor yang paling vocal menentangnya. Bahkan membuat gerakan-gerakan agar mengeliminasi nama pemuda tersebut hingga berencana membubarkan sistem khilafat di Ahmadiyah.
Hadhrat Hakim Nurudin pernah berkata bahwa beliaura hanya perantara dalam mengisi kekosongan sebelum putra yang dijanjikan tersebut matang dan dewasa secara ruhani. Beliau yakin bahwa Sang Pemuda lah yang dipersiapkan Tuhan untuk menegakan Jemaat ini. Sebagaimana yang diwahyukan Allah Ta’ala kepada Hadhrat Masih Mau’udas
Kabar suka bagi engkau bahwa engkau akan dianugerahi putra yang tampan dan suci.... Putra itu akan menjadi anak dan keturunan engkau dari benih engkau sendiri. ….. Dia adalah cahaya Allah. … Dia akan menyembuhkan banyak orang dari penyakit-penyakit dengan berkat jiwa Masih dan ruh kebenarannya. 
Dia adalah kalimat Allah, karena rahmat dan kehormatan Tuhan telah mengutusnya dengan kalimat kemuliaan. Dia sangat cerdas dan berilmu. Dia berhati lembut dan akan dipenuhi dengan ilmu-ilmu zahir dan batin. … Putra yang berhati gembira, bermartabat dan mulia. Dia adalah mazhar kebenaran dan kemuliaan. Seolah-olah Allah turun dari langit.[5]
Kemudian lebih jauh wahyu itu menjelaskan bahwa: 
Kedatangannya sangat beberkat dan akan menjadi sumber manifestasi kegagahan Tuhan. Ia adalah Cahaya yang kedatangannya diurapi oleh Tuhan dengan wangi keridhaan-Nya. Kami akan menempatkan ruh Kami ke dalam dirinya dan naungan Tuhan akan berada di atas kepalanya.[6]
Selanjutnya wahyu itu berkata: Dia akan tumbuh cepat dan akan menjadi sumber kebebasan orang-orang yang tertawan. Dia akan terkenal hingga pelosok-pelosok dunia. Bangsa-bangsa akan mendapatkan berkat darinya. Barulah jiwanya akan diangkat ke langit. Inilah perkara yang sudah ditetapkan[7]
Wahyu tersebut benar-benar tergenapi. Selama kekhalifahan Sang Pemuda, Ahmadiyah tersebar hingga ke seluruh pelosok dunia. Beliau pun senantiasa menyeruakan akan kebebasan dan kemerdekaan semua bangsa-bangsa yang terjajah. Bahkan, ada dari beberapa pemimpin bangsa yang mendapat petunjuk langsung dari beliau guna terbebas dari belengguh penjajahan. 
Beliaulah Sang Pemuda yang kehadirannya telah dijanjikan Tuhan. Sang Pemuda yang menjadi reformer bukan hanya untuk Islam tapi juga untuk kemanusiaan. Sang Pemuda itu adalah MIrza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Sang Muslih Mau’ud yang kelahirannya ditunggu dunia.

Kudus, 24 Februari 2019
Yusuf Awwab


[1]Tarikh Ahmadiyyat, jilid 4, halaman 71
[2]Al-Wasiyat, hal. 6, JAI 2013, pent. Mln Abdul Wahid
[3]Idem, hal. 12-13
[4]Idem, hal. 15
[5]Isytihar 20 Februari 1886, halaman 3; Majmu’ah Isytiharat, jilid 1, halaman 101
[6]Idem
[7]idem

Post a Comment

0 Comments