3 M [Mengenal - Mengenang - Meniru] Pengkhidmatan Mushlih Mauu’ud ra [Bagian 2 : Tamat]






Oleh : Mln. Mubarak Achmad



Lalu tahun 1923 ketika bangsa Hindu melancarkan kampanye luas guna mengalihkan umat Muslim ke ajaran Hinduisme di anak benua India, Hadhrat Muslih Maud langsung menanggapi dan melancarkan kampanye balik. Beliau mendirikan lembaga Shuddi Camp dimana 150 orang pendakwah terlatih mulai berkampanye. Kegiatan itu demikian berhasil di mana tidak ada lagi umat Muslim yang dibawa tersesat, bahkan bangsa Hindu mulai masuk ke dalam pelukan Islam.
Selanjutnya tahun 1924, beliau menghadiri konferensi agama di Wembley, London, di mana beliau mengemukakan pesan agama Islam di hadapan para penganut agama lainnya. Pidatonya yang termashur kemudian diterbitkan sebagai buku dengan judul Ahmadiyyat : The True Islam. Pidato itu sendiri dibacakan secara fasih oleh Chaudry Muhammad Zafrullah Khan dan amat dihargai oleh para peserta lainnya. 
Beliau bukanlah seorang politisi. Beliau adalah seorang ulama dan manusia beragama yang dikaruniai dengan keluhuran hati dan fikiran.  Namun beliau juga memiliki pengertian yang luas serta wawasan mendalam tentang masalah politik. Dan beliau menjadi Khalifatul Masih pertama yang bepergian ke luar negeri untuk syiar Islam.
Selain itu, beliau juga menetapkan sistem yudisial dalam Jemaat yang disebut Darul Qadha pada tahun 1925. Lembaga ini menjadi kemudahan bagi anggota Jemaat untuk mencari penyelesaian perselisihan internal dengan cara yang mudah, adil dan terhormat, sejalan dengan ajaran Islam.
Di bulan Mei 1928, beliau menghidupkan Jamiah Ahmadiyah yang merupakan lembaga elite untuk pelatihan mereka yang mewakafkan diri bagi syiar Islam dan menjadi mubaligh handal.
Ketika tahun 1930, sengketa mengenai Kashmir mulai menjadi suatu krisis. Hadhrat Muslih Mau’ud ikut terlibat dalam masalah ini atas permohonan para pimpinan Muslim di India. Penyair yang terkenal yaitu Alama Iqbal mengusulkan nama beliau dan akhirnya beliau terpilih mengetuai All-India Kashmir Committee sebagai ketua yang pertama.
Lalu setelah partisi India-Pakistan, dalam bulan Juni 1948 beliau menghimpun batalion sukarela Muslim Ahmadi yang diberi nama Pasukan Furqan yang berjuang bahu membahu dengan Angkatan Darat Pakistan untuk membebaskan Kashmir.
Memasuki tahun 1934 terjadi gerakan anti-Ahmadiyah secara luas yang dipelopori oleh kelompok Ahrar yang telah bersumpah akan melenyapkan Jemaat Ahmadiyah dari muka bumi. Semua itu adalah rencana dari musuh-musuh Ahmadiyah namun Allah SWT memiliki rencana sendiri. 
Dia telah menuntun Hadhrat Muslih Mau’ud dalam membimbing bahtera Jemaat kepada keselamatan disamping juga meletakkan fondasi bagi kemenangan global. Saat itulah dibentuk gerakan Tahrik Jadid untuk menghimpun dana guna syiar Islam di negara-negara asing yang sampai saat kini masih terus aktif. Maka bersamaan dengan itu dibentuk Gerakan Waqfi Jadid yang dimulai pada tahun 1958. 
Peristiwa sejarah yang tidak terlupakan yakni tahun 1908, ketika Beliau masih berusia 19 tahun, Beliau memperlihatkan keteguhan hati yang unik. Di tahun itu ayah beliau, Hadhrat Masih Mau’ud as wafat. Sambil berdiri di samping jasad ayahandanya, Beliau mengikrarkan janji bahwa 'ia akan terus berjuang meneruskan missi Masih Mau’ud walaupun misalnya ditinggalkan oleh semua orang'.
Sejarah menjadi saksi betapa teguhnya Beliau memegang janji. Apa yang dikemukakannya bukan hanya suatu pernyataan emosional pada saat yang menyedihkan, tetapi adalah suatu tekad yang tulus.
Kehidupan dan hasil karya Hazrat Muslih Mau`ud akan selalu menonjol dalam sejarah Ahmadiyah dan Islam. Beliau memimpin Jemaat ini lebih dari setengah abad atau 52 tahun yang benar-benar merupakan masa keemasan bagi Islam dan Jemaat Ahmadiyah. 
Meski dengan kesibukkan dan tugas yang demikian banyaknya, namun Beliau berhasil mempertahankan tingkat aktifitas Jemaat yang tinggi, baik dalam bidang perbaikkan ruhani maupun dalam kegiatan syiar Islam. Untuk semua itu, beliau telah memanfaatkan seluruh bakat dan ketrampilan akbar diri Beliau. 
Beliau terus menerus memberikan nasihat, arahan dan teguran, di mana beliau sendiri menerapkan teladan luhur yang cemerlang. Beliau selalu menghabiskan sebagian besar malam-malam untuk berdo`a secara khusus kepada Allah SWT. 
Bagi anggota Jemaat sendiri, Beliau setiap saat menjadi personifikasi seorang ayah yang amat mencintai, kepada siapa mereka bisa memohon nasihat, bimbingan dan petunjuk. Bagi mereka yang bijak, Beliau menjadi penasihat dan sahabat yang arif. 
Kepada para lawan sekalipun beliau bersifat sabar dan bersimpati atas kekurangan-mengerti mereka, sedangkan bagi mereka yang sedang terkena musibah, beliau menjadi sumber penghibur dan membantu tanpa pilih bulu. 
Adapun kita sebagai orang Ahmadi tentunya berhutang banyak kepada Hadhrat Muslih Mau`ud sehingga bagaimana adanya kita sekarang ini. Banyak sekali hasil karya beliau yang masih ada pada kita sekarang ini. 
Beliau sendiri menyatakan saat Jalsah Salanah tahun 1961 : ‘Aku nyatakan dengan ini bahwa namaku dengan berkat dan karunia Allah akan selalu terpelihara di dunia ini selama-lamanya. Meski aku akan mati suatu ketika, tetapi namaku tidak akan terhapus dari sejarah. Demikian adalah takdir Ilahi.’  
Selanjutnya beliau menyatakan : ‘Jika tidak hari ini, maka setelah 40 atau 50 atau bahkan 100 tahun, sejarah akan membuktikan apakah perkataanku ini salah atau benar. Pasti aku sudah tidak ada waktu itu, namun satu hal yang pasti ialah setiap kali sejarah Islam dan Ahmadiyah ditulis orang maka setiap ahli sejarah Muslim pasti akan menyebut namaku dalam sejarah. Sejarah tidak akan lengkap tanpa menyebut apa  yang telah aku capai selama ini.’ 
         Inilah sosok Hazrat Mirza basyiruddin Mahmud Ahmad yang merupakan Mushlih Mau`ud, peran yang ditetapkan oleh kebijakan Ilahi telah Beliau laksanakan dengan amat berhasil.
Nubuatan yang telah 133 tahun dikhabarkan akan dan terus menggaung di alam jagat raya ini. Yang patut diingat bagi kita Ahmadi adalah betapa perlunya kita Mengenal-Mengenang-Meniru Beliau. Meski sebagai Muslim Ahmadi kita berbangga dengan segala keberhasilan Beliau, tetapi jangan hal itu menjadikan kita sombong karenanya. Sebaliknya kita sepatutnya menapak jejak langkah Beliau sehingga tidak saja kita mendapat manfaat dari ajaran, tetapi juga dari teladan Beliau.
Tepat kiranya kita tutup dengan sebuah nasihat mengenal dari salah seorang putra Mushlih Mau`ud sendiri yang juga telah menjadi pengkhidmat Islam yang terkemuka. Pada acara peringatan seabad nubuatan agung tersebut, Khalifatul Masih IV rha menyatakan: 
"Karena itu mari kita memasuki abad yang baru dengan tekad bahwa kita akan menanggapi himbauan Mushlih Mau`ud ra yang setiap saat dari kehidupannya menjadi pemenuhan dari nubuatan tersebut. Jika kalian menanggapi himbauan tersebut, maka kalian akan menghidupkan masa Hadhrat Mushlih Mau`ud ra. 
Bila kalian menghidupkan masa dari Hadhrat Mushlih Mau`ud ra maka kalian akan menghidupkan pula masa Hadhrat Masih Mau`ud as yang adalah pencinta akbar dari wujud Nabi Muhammad Rasulullah saw. Dan bila kalian menghidupkan masa dari Hadhrat Masih Mau`ud as, maka sejalan dengan Al-Qur`an sesungguhnya kalian menghidupkan masa Hadhrat Rasulullah saw" {Kutipan dari Ahmadiyya Bulettin UK, Centenary Edition 1989}.






Post a Comment

0 Comments