AHMADIYAH SATU MODEL ISLAM DI INDONESIA


Oleh : Mln. Abdul Rozzaq

Mengenal Ahmadiyah

Ahmadiyah adalah jamaah Islam yang bersifat keagamaan yang tidak berpolitik, tujuannya adalah mengembalikan Islam kepada bentuknya yang asli sebagaimana yang telah didatangkan oleh sebaik-baik semua manusia, yakni Muhammad Al-Mushthafa saw kemudian agama itu beliau siarkan ke seluruh dunia.

 Jamaah ini telah didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiani as dengan perintah dari Allah Taala pada tahun 1889 M di desa Qadian, India seraya beliau memproklamirkan diri sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan (Majalah At-Taqwa, jilid 24, 12 Jumadil-Awwal dan Jumadits-Tsani 1432 H/ April 2012)

Setiap orang yang ingin masuk  ke dalam Jamaah ini harus meyakini bahwa Pendirinya adalah berpangkat Al-Masih dan Al-Mahdi yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Nabi Agung Muhammad saw dengan cara mengisi formulir (terlampir) untuk diajukan kepada Khalifatul-Masih Al-Khamis atba yang sedang memimpin jamaah ini, setelah menyetujui 10 syarat bai’at (terlampir).

Oleh karena itu setiap anggota Jamaah ini adalah seorang Muslim atau Muslimah, sebagaimana sabda Pendiri berikut ini:

لاَ يَدْخُلُ فِى جَمَاعَتِنَا إِلاَّ الَّذِي دَخَلَ فِى دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ وَاتَّبَعَ كِتَابَ اللهِ وَسُنَنَ سَيِّدِنَا خَيْرِ اْلأَنَامِ وَآمَنَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ الْكَرِيْمِ الرَّحِيْمِ وَبِالْحَشْرِ وَالنَّشْرِ وَالْجَنَّةِ وَالْجَحِيْمِ وَيَعِدُ وَيُقِرُّ بِأَنَّهُ لَنْ يَبْتَغِيَ دِينًا غَيْرَ دِيْنِ الْإِسْلاَمِ وَيَمُوتَ عَلَى هَذَا الدِّينِ دِيْنِ الْفِطْرَةِ مُتَمَسِّكًا بِكِتَابِ اللهِ الْعَلاَّمِ وَيَعْمَلَ بِكُلِّ مَا ثُبِتَ مِنَ السُّنَّةِ وَالْقُرْآنِ وَإِجْمَاعِ الصَّحَابَةِ الْكِرَامِ وَمَنْ تَرَكَ هَذِهِ الثَّلاَثَةَ فَقَدْ تَرَكَ نَفْسَهُ فِى النَّارِ
Tidak masuk kedalam jemaat kami kecuali orang yang masuk ke dalam agama Islam, mengikuti Kitab Allah Al-Quran, Sunan-sunnah Pemimpin kita sebaik-baik manusia Muhammad saw.dan beriman kepada Allah, Rasul-Nya yang  mulia lagi penyayang, ia beriman kepada Hari Penghimpunan dan Hari Qiamat, Surga dan Neraka. Dan ia (setiap Ahmadi) berjanji dan berikrar tidak akan memilih agama selain agama Islam serta ia akan mati di atas agama ini, yaitu agama fitrah dengan berpegang teguh kepada Kitab Allah Yang Maha-tahu dan mengamalkan setiap apa yang ditetapkan Sunnah, Al-Quran dan Ijma Sahabat yang mulia; dan siapa yang mengabaikan tiga hal ini, sungguh ia telah meninggalkan dirinya dalam Api Neraka (Ruhani Qhazain, Jilid XIX, Mawahibur-Rahman, hal. 315)

Nama Ahmadiyah yang digunakan sebagai nama Jamaah beliau as ini diambil dari nama Rasulullah saw yang termaktub dalam surat Ash-Shaf, bukan diambil dari nama beliau sendiri.

 Penamaan Ahmadiyah ini beliau jelaskan dengan kalimat yang lugas dan tegas sebagai berikut:
Nama Ahmad bagi Rasul Karim saw adalah yang dipaparkan oleh Hadhrat Isa Al-Masih as: Yatii mimbadismuhuu Ahmad (Ash-Shaf, 61:7). Kata mim badi (sesudahku) menunjukkan bahwa Nabi itu akan datang sesudah beliau tanpa sela. Yakni, tidak ada nabi yang datang di antara Al-Masih dengan Ahmad. Hadhrat Musa as tidak menggunakan kata itu, melainkan dengan menyebutkan: Muhammadurrasuulullaahi walladziina maahuu asyiddaau  (Al-Fatah, 48:30), beliau memberikan isyarat pada kehidupan Rasul Karim saw di Madinah.

 Yakni, ketika sudah banyak orang mukmin yang menyertai Rasulullah saw dan mereka berperang melawan orang-orang kafir. Hadhrat Musa as menyebut Rasulullah saw dengan nama Muhammad saw, sebab Hadhrat Musa sendiri dalam corak jalaali (keperkasaan). Sedangkan Hadhrat Isa as menyebut Rasulullah saw dengan nama Ahmad, sebab Hadhrat Isa as sendiri juga selalu dalam corak jamaali (kelembutan). Kini, dikarenakan jemaat saya ini berada dalam corak jamaali, oleh sebab itu dinamakan Ahmadiyah (Malfuzhat, Add. Nazir Isyaat, London, 1984, Jilid 2, halaman 208-209 terjemahan Mukhlis Ilyas)

Ke-Islaman Pendiri Jamaah ini dan para pengikutnya benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan dan dapat disaksikan dalam ucapan dan perbuatannya, sekedar untuk diketahui penulis kutipkan beberapa sabda Pendiri Jamaah ini, antara lain:

إِنَّا نَحْنُ مُسْلِمُونَ نُؤْمِنُ بَاللهِ الْفَرْدِ الصَّمَدِ اْلأَحَدِ قَائِلِينَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَنُؤْمِنُ بِكِتَابِ اللهِ الْقُرْآنِ وَرَسُولِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ
Sungguh kami adalah orang-orang Islam yang beriman kepada Allah Yang Tunggal, yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya, Yang Maha-esa seraya mengucapkan Tidak ada tuhan kecuali Dia dan kami beriman kepada Kitab Allah Al-Quran serta beriman kepada Rasul-Nya, yakni Junjungan kita Muhammad Sang Khaatam para Nabi (Nurul-Chaq, hal 7)

لاَ اِلـاـهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ – آمَنْتُ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَكُتُبِهِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ
Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Muhammad adalah Utusan Allah-Kami beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, para Rasul-Nya,  Kitab-kitab-Nya, Surga, Neraka dan Kebangkitan sesudah mati (Anwarul-Islam, hal. 34)

لاَ دِينَ لَنَا إِلاَّ دِينُ اْلإِسْلاَمِ – وَلاَ كِتَابَ لنَاَ إِلاَّ الْفُرْقَانُ كِتَابُ اللهِ الْعَلاَّمِ – وَلاَ نَبِىَّ لَنَا إِلاَّ مُحَمَّدٌ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ وَجَعَلَ أَعْدَاءَهُ مِنَ الْمَلْعُونِينَ – اِشْهَدُوا إِنَّا نَتَمَسَّكُ بِكِتَابِ اللهِ الْقُرْآنِ وَنَتَّبِعُ أَقْوَالَ رَسُولِ اللهِ مَنْبَعَ الْحَقِّ وَالْعِْرفَانَ وَنَقْبَلُ مَا انْعَقَدَ عَلَيْهِ اْلإِجْمَاعُ بِذَلِكَ الزَّمَانِ– لاَ نَزِيدُ عَلَيْهَا وَلاَ نَنْقُصُ مِنْهَا وَعَلَيْهَا نحَيْىَ وَعَلَيْهَا نَمُوتُ – وَمَنْ زَادَ عَلَى هَذِهِ الشَّرِيعَةِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ أَوْ نَنْقُصُ مِنْهَا أَوْ كَفَرَ بِعَقِيدَةٍ إِجْمَاعِيَّةٍ – فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ أَجْمَعِينَ هَذَا اعْتِقَادِى وَهُوَ مَقْصُودِى وَمُرَادِى
Tiada agama bagi kami kecuali Islam; dan tiada Kitab bagi kami kecuali Al-Furqan, Kitab Allah Yang Maha-tahu; dan tiada Nabi bagi kami kecuali Muhammad Khaatam para Nabi yang Allah telah merahmati dan memberkati serta menjadikan para musuhnya sebagai orang-orang terkutuk; Saksikanlah, kami berpegang teguh kepada Kitab Allah, Al-Quran dan kami mengikuti sabda-sabda Rasulullah sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan dan kami menerima apa yang telah diputuskan Ijma pada masa itu; kami tidak menambahnya dan menguranginya; kami hidup dan akan mati di atasnya; dan  siapa yang menambah syariat ini sebesar atom atau menguranginya atau mengingkari keyakinan Ijma, maka baginya kutukan Allah, semua Malaikat-Nya; inilah aqidahku dan inilah tujuanku dan keinginanku (Anjami Atam, hal 143-144)

Berdasarkan semua kutipan tersebut dan amalan Pendiri Jamaah ini serta para pengikutnya dulu, sekarang dan Insya Allah hingga Qiamat nanti, secara formal Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari kaum Muslimin di Indonesia, mengingat batasan untuk seorang Muslim menurut Nabi Agung Muhammad saw sebagai Pendirinya jika pada diri seseorang telah terindikasikan dengan 3 hal, sebagaimana sabda beliau saw berikut:

 مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا فَذَاكُمُ الْمُسْلِمُ الَّذِي لَهُ ذِمَّةُ اللهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ فَلاَ تُحْفِرُوا اللهَ فِى ذِمَّتِهِ
Siapa yang shalat seperti shalat kita, menghadap kepada Kiblat kita dan memakan sembelihan kita, maka ia adalah seorang muslim yang mempunyai jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah membatalkan  jaminan  Allah (Al-Bukhari dari Anas ra dan Kanzul-Ummal, Juz I/ 398)

Ahmadiyah Pembela dan Pengawal Kemenangan Islam

Jemaat Ahmadiyah di Indonesia adalah pecinta Islam dan pengkhidmat bagi bangsa dan negaranya, bahkan sejak kanak-kanak para putra-putri Ahmadi  dididik untuk itu dan senantiasa mengucapkan janji untuk mengkhidmati Islam, Ahmadiyah, bangsa dan negaranya dalam setiap kegiatan organisasinya. Pendiri Jamaah ini dengan jelas dan tegas menyatakan:

وَاللهُ يَعْلَمُ اِنِّيْ عَاشِقُ اْلاِسْلاَمِ وَفِدَاءُ حَضْرَةِ خَيْرِ اْلاَنَامِ وَغُلاَمُ اَحْمَدَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan Allah mengetahui bahwa aku benar-benar pecinta Islam, berkorban untuk  Hadhrat Khairil-anaam Muhammad saw dan aku sebagai pelayan Ahmad Mushthafa Shallallaahu ‘alaihi wa sallam (Ainah Kamalati Islam, hal. 388)

Nabi Agung Muhammad saw adalah Rasul Allah yang mendapat tugas untuk menghadirkan Islam ke dunia ini dan berjuang untuk memenangkannya di atas semua agama, sebagaimana firman-Nya berikut:

ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ
Dan Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkan itu di atas sekalian agama, walaupun kaum musyrik tak suka (Al-Shaf, 61:10)

Tugas ini telah beliau saw laksanakan dan berhasil dengan sempurna secara kualitas, namun kemenangan secara kuantitas beliau serahkan kepada para pengikut setianya mengingat sebagai manusia biasa usia beliau sangat terbatas, namun usia kenabian dan agama beliau akan berlangsung terus hingga Qiamat nanti.

Salah satu pengikut setia beliau saw di akhir zaman ini adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiani, yakni Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan kedatangannya oleh Hadhrat Al-Mushthafa Sayyidina Muhammad saw dalam beberapa Haditsnya di saat agama Islam dan umatnya mengalami kemunduran dan kerusakan sampai-sampai umat manusia ghair Muslim menghina Islam dan Pendirinya serta menindas para pengikutnya.

Guna menampakkan keindahan Islam kembali dan agar umat manusia tertarik dan mencintainya, maka dengan bimbingan Allah Taala, Pendiri Ahmadiyah ini melaksanakan tugas berat dan mulia itu, di antara sabda beliau berkenaan dengan masalah ini antara lain:

كَذَلِكَ إِذَا اصْطَفَانِي رَبِّي لِتَجْدِيدِ دِينِهِ – وَإِظْهَارِ عُظْمَةِ نَبِيِّهِ وَنَشْرِ رَيَّايًا سَهِينُهُ (صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ) وَأَمَرَنِي لِدَعْوَةِ الْخَلْقِ إِلَى دِينِ اْلإِسْلاَمِ وَمِلَّةِ خَيرِ اْلأَنَامِ – وَرَزَقَنِي مِنَ اْلإِلْهَامَاتِ وَالْمُكَلَّمَاتِ وَالْمُخَاطَبَاتِ وَالْمُكَاشَفَاتِ رِزْقًا حَسَنًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُحَدِّثِينَ

Demikianlah ketika Tuhanku memilih aku untuk memperbaharui agama-Nya, dan memanifestasikan kebesaran Nabi-Nya dan menyiarkan bendera, panji-panji-nya saw dan Dia telah memerintahkan kepadaku untuk mengajak umat manusia kepada agama Islam, yakni agama sebaik-baik manusia dan Dia telah memberikan rezeki kepadaku berupa ilham-ilham, pembicaraan-pembicaraan, wawan sabda-wawan sabda dan kasyaf-kasyaf sebagai rezeki yang bagus serta Dia telah menjadikan aku termasuk para Muhaddats (orang-orang yang banyak diajak berbicara) (Ainah Kamalati Islam, hal 567)

يَاعِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ اِعْلَمُوا أَنِّي عَبْدٌ مِنْ عِبَادِ اللهِ الْمُلْهَمِينَ الْمَأْمُورِينَ بَعَثَنِي رَبِّي ِلأُقِيمَ الشَّرِيعَةَ وَأُحِْييَ الدِّينَ وَأُتِمَّ الْحُجَّةَ عَلَى الْمُنْكَرِينَ
Wahai semua hamba Allah, semoga Allah merahmati kalian! Ketahuilah bahwa aku adalah salah satu di antara para hamba Allah yang dikarunia ilham dan mendapatkan perintah; Tuhanku telah membangkitkanku untuk menegakkan Syariat Islam ini dan menghidupkan agama Islam ini serta menyempurnakan argumentasi untuk mengalahkan orang-orang yang ingkar (Lujjatun-Nur, hal. 343)

Tugas agung dan mulia ini akan berhasil dengan sempurna menurut Pendiri Ahmadiyah membutuhkan waktu 300 tahun, sebagaimana penjelasan Hadhrat Khalifatul-Masih Ats-Tsalits ra, yang disampaikan dalam salah satu Khutbah Jumat di Rabwah, Pakistan 23 April 1978 berikut ini:

Hadhrat Imam Mahdi as bersabda, bahwa demikian besar pekerjaan itu, sehingga itu bukanlah pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh satu generasi atau dua generasi atau lima generasi sampai sepuluh generasi, melainkan akan meliputi zaman yang lama sekali. Dengan pengorbanan yang besar serta maqbul, Islam baru akan menang.

Berkenaan dengan itu beliau bersabda, bahwa dalam jangka waktu tiga ratus tahun nubuwatan itu baru akan sempurna. Akan tetapi dari beberapa kesimpulan kita mengetahui, bahwa keberhasilan Islam itu klimaks perjuangan ruhani itu, puncaknya, perwujudannya akan terjadi di dalam abad kedua dan sebagaian besar pekerjaannya akan selesai.

Mukmin dan Muslim yang diinginkan oleh Pendiri Ahmadiyah adalah Mukmin dan Muslim yang memiliki warna Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallahu anhum, yakni mereka yang tidak mencintai duniawi, bahkan mereka telah mewakafkan hidupnya di jalan Allah Taala, sebagaimana sabdanya berikut:

إِنَّنِيْ أَعْلَمُ أَنَّ الْمَرْءَ لاَ يُصْبِحُ مُؤْمِنًا وَمُسْلِمًا مَا لاَ يَصْطَبِغُ بِصِبْغَةِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ رِضْوَانَ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ. فَلَمْ يَكُونُوا يُحِِبُّونَ الدُّنْيَا بَلْ كَانُوا قَدْ وَقَفُوا حَيَاتَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ
Sungguh aku mengetahui, bahwa tidak akan ada orang yang dapat menjadi Mukmin (orang beriman) dan Muslim (orang Islam) yang sebenarnya sebelum menyerap semua corak sifat-sifat Hadhrat Abu Bakar ra, Hadhrat Umar ra, Hadhrat Usman ra dan Hadhrat Ali ra; mereka ini tidak mencintai duniawi, bahkan mereka telah mewaqafkan hidup mereka di jalan Allah semata (Lecture Ludhianah, Ruhani Khazaain jilid 20 halaman 294)

Rintangan Yang Dihadapi Ahmadiyah
Tugas agung dan mulia ini pasti pada satu waktu akan mencapai sukses yang sempurna, karena Allah Taala telah berjanji melalui wahyu-Nya untuk memberikan pertolongan kepada Pendiri Ahmadiyah dalam menunaikan tugas ini, di antara janji itu berbunyi:

وَأَوْحَى إِلَيَّ رَبِّي وَوَعَدَنِي أَنَّهُ سَيَنْصُرُنِي حَتَّى يَبْلُغَ أَمْرِي مَشَارِقَ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا – وَتَتَمَوَّجُ بُحُورُ الْحَقِّ حَتَّى يُعْجِبُ النَّاسَ حُبَابُ غَوَارِبِهَا
Dan Tuhanku telah mewahyukan kepadaku dan berjanji kepadaku bahwa Dia akan menolongku sehingga perkaraku sampai di Negara-negara Barat dan Timur, lalu bergelombanglah lautan kebenaran sehingga kecintaan bangsa-bangsa Barat kepada Islam memukau umat manusia (Lujjtaun-Nur, hal. 67)

إِنِّي رَأَيْتُ فِى مُبَشِّرَةٍ أُورِيتُهَا جَمَاعَةً مِنَ الْمُؤْمِنِينَ الْمُخْلِصِينَ وَالْمُلُوكِ الْعَادِلِينَ الصَّالِحِينَ بَعْضُهُمْ مِنْ هَذَا الْمُلْكِ وَبَعْضُهُمْ مِنَ الْعَرَبِ وَبَعْضُهُمْ مِنْ فَارِسَ وَبَعْضُهُمْ مِنْ بِلاَدِ الشَّامِ وَبَعْضُهُمْ مِنْ أَرْضِ رُومِ وَبَعْضُهُمْ مِنْ بِلاَدٍ لاَ أَعْرِفُهَا- ثُمَّ قِيلَ لِي مِنْ حَضْرَةِ  الْغَيْبِ إِنَّ هَؤُلاَءِ يُصَدِّقُونَكَ وَيُؤْمِنُونَ بِكَ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكَ وَيَدْعُونَ لَكَ- وَأُعْطِي لَكَ بَرَكَاتٍ حَتَّى يَتَبَرَّكُ الْمُلُوكُ بِثِيَابِكَ وَأُدْخِلُهُمْ فِى الْمُخْلِصِينَ هَذَا رَأَيْتُ فِى الْمَنَامِ وَأُلْهِمْتُ مِنَ اللهِ الْعَلاَّمِ
Sungguh aku telah melihat pemandangan yang menggembirakan, yaitu diperlihatkan kepadaku satu jamaah orang-orang mukmin yang mukhlis dan raja-raja yang adil dan shaleh, sebagian mereka itu dari kerajaan ini, sebagian mereka dari Arab, sebagian dari mereka itu dari Persi, sebagian mereka dari negara-negara  Syam, sebagian dari bumi Romawi dan sebagian dari Negara-negara yang aku tidak mengenalnya, lalu dikatakan kepadaku dari Tuhan Yang Ghaib sesungguhnya mereka ini membenarkan engkau, menyampaikan shalawat kepada engkau dan berdoa untuk engkau; dan diberikan berkat kepadamu sehingga para raja akan mengambil berkat dari pakaian-pakaian engkau dan Aku memasukkan mereka kedalam orang-orang mukhlis. Pemandangan ini telah diperlihatkan kepadaku dalam mimpi dan diilhamkan kepadaku dari Allah yang Maha-tahu  (Lujjatun-Nur, hal. 3 - 4)

Namun dalam perjalanannya, ada rintangan yang menghadang perjuangan beliau as. Rintangan itu ada yang berasal dari luar umat Islam dan ada yang berasal dari sebagian umat sendiri. Secara singkat rintangan dari luar umat Islam diindikasikan dengan julukan Al-Masihid-Dajjal yang didukung Yajuj wa Majuj. Musuh umat Islam ini telah dikabar-gaibkan oleh Rasulullah saw dalam beberapa Haditsnya, di antaranya:

مَنْ حَفِظّ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Siapa yang hafal 10 ayat dari awal surat Al-Kahfi pasti diselamatkan dari fitnahnya Dajjal (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Muslim, Abu Daud, Al-Nasa’i dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu dan Kanzul-Ummal, Juz I/2601)

مَنْ قَرَأَ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Siapa yang membaca 10 ayat akhir surat Al-Kahfi pasti diselamatkan dari fitnahnya Dajjal (Al-turmudzi dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu dan Kanzul-Ummal, Juz I/2599)

وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُوْنَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِيْنَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفُ فِى رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُوْنَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسِ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُوْنَ فِى اْلأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ وَقَدْ مَلَأُهُ زَهْمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ وَدِمَاؤُهُمْ  فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُرْسِلُ عَلَيْهِمْ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرُحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ تَعَالَى ...
… Dan Nabi Isa AS dan para sahabatnya  dikepung sehingga kepala seekor sapi bagi mereka lebih berharga daripada uang seratus dinar pada zaman itu; lalu Nabi Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah mengutus ulat-ulat masuk kedalam leher-leher Yajuj wa Majuj dan mereka pun mati semua dalam sekejab; kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya datang di bumi itu dan tak ada sejengkal pun yang tidak berbau busuk oleh bangkai mereka. Nabi Isa ASdan para sahabatnya berdoa kepada Allah, maka Allah segera mengutus burung-burung bagaikan leher-leher unta yang membawa bangkai-bangkai mereka dan melemparkan jauh di tempat yang sudah ditentukan Allah  (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Muslim, At-Turmudzi dari An-Nawwas bin Sam’an RA dan Kanzul-Ummal, Juz XIV/ 38740)

ثُمَّ يَجِيْئُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ مُصَدِّقًا بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّتِهِ فَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ
Kemudian Isa ibnu Maryam datang ‘alaihimas salam dari arah barat dengan membenarkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agamanya, lalu ia membunuh Dajjal (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Al-Thabrani dalam Al-kabir dan Al-Ruyani, Al-Hakim dalam Al-Dhiya’ul-Muqaddas fil-Mukhtarah dari Samrah radhiyallahu ‘anhu dan Kanzul-Ummal, Juz XIV/38795)

ثُمَّ يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا بِمُحَمَّدٍ عَلَى مِلَّتِهِ إِمَامًا مَهْدِيًا وَحَكَمًا عَدَلاً فَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ
Kemudian Isa ibnu Maryam turun dengan membenarkan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di atas agamanya sebagai Imam Mahdi dan Hakim yang adil,  lalu ia membunuh Dajjal (Al-Thabrani dalam Al-Kabir dari Anillah bin Mughaffal radhiyallahu anhu dan Kanzul-Ummal, Juz XIV/38808)

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا وَإِمَامًا عَدَلاً فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضُ الْمَالَ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
Dan demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh Isa ibnu Maryam hampir turun di kalangan kamu sebagai hakim yang adil, imam yang adil, lalu ia akan memecahkan salib, membunuh Dajjal, meletakkan pajak, membagi-bagikan harta sampai-sampai tiada seorang pun yang menerimanya, sehingga sekali sujud lebih baik daripada dunia dan apa yang ada di dalamnya (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi, Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan Kanzul-Ummal, Juz XIV/38842)

Adapun rintangan yang datang dari sebagian umat Islam sendiri diindikasikan berasal dari Ulama radikal yang suka mengeluarkan fitnah. Hal ini juga telah dikabar-gaibkan dalam Al-Quran dan Hadits, dan ilham yang diturunkan kepada Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud as di antaranya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ
Dan tatkala anak laki-laki Maryam disebutkan sebagai matsal (perumpamaan), lihatlah! Kaum engkau memekikkan protes atas itu (Zukhruf, 43:57)

يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ اسْمُهُ وَلاَ يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى عُلَمَآءُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَآءِ مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ وَإِلَيْهِمْ تَعُودُ
Hampir-hampir datang kepada manusia satu zaman yang tiada Islam kecuali tinggal namanya dan tiada Alquran kecuali tinggal tulisannya, masjid mereka ramai namun sunyi dari petunjuk, Ulama mereka seburuk-buruk orang yang berada di bawah kolong langit, dari mereka keluar fitnah dan kepada mereka fitnah itu kembali (Ibnu Addiy dalam Al-Kamil, Al-Baihaqi dalam Syiabul Iman dari Ali radhiyallaahu anhu dan Kanzul-Umal, Juz IX/31136, 31522)

فترى حزبًا من العلماء ومن تبِعهم من أهل الدنيا والأمراء والفقراء كيف يستكبرون ولا يتذلّلون ويُراؤن ولا يَخلُصون ويقولون مالا يفعلون وأخلدوا إلى الأرض وإلى الله لا يتوجّهون (الخطبة الإلهامية ص١٧٤)
Maka, kalian akan melihat segolongan Ulama dan para pengikut mereka dari Ahli dunia, Umara dan Fuqara; bagaimana mereka bersikap sombong dan tidak bersikap merendahkan diri, mreka suka pamer dan tidak tulus hati, mereka mengatakan apa yang mereka tidak lakukan, mereka lengket kepada kehidupan bumi dan kepada Allah mereka tidak menghadapkan wajahnya (Al-Khuthbah Al-Ilhamiyah, halaman 174)

Harapan Ahmadiyah

Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah mengalami 2 zaman di bumi Nusantara ini, yakni zaman Penjajahan Belanda sebelum Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan zaman sesudah Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kecintaan dan kesetiaan Jemaat Ahmadiyah kepada bangsa dan Negara ini tak perlu diragukan, sejak sebelum kemerdekaannya para Muballigh, Pengurus dan anggotanya sangat mencintai bangsa dan negaranya demi mencari keridhaan Allah Taala, karena Cinta tanah air itu sebagian dari Iman.

 Sayid Syah Muhammad senantiasa mendampingi Bung Karno sebelum dan sesudah Proklamasi NKRI ini, bahkan ketika Ibu kota Negara pindah ke Yogyakarta Bung Karno minta agar beliau diizinkan pindah ke Yogyakarta; Bung Karno sering datang ke masjid Jemaat Ahmadiyah di Jl. Balikpapan 10 di Jakarta Pusat untuk berbincang-bincang dengan Mln. Rahmat Ali, H.A.O.T dan beliau berpesan agar tidak ada orang lain yang ikut serta; Pengibar bendera Merah Putih pertama kali adalah Pemuda Ahmadi yang hingga kini janazahnya tidak diketemukan setelah diciduk Penjajah Belanda.

Mln. Abdul Wahid Muballigh pertama Indonesia yang sering diberi tugas untuk menyiarkan Proklamasi NKRI di RRI dengan bahasa Hindi dan Inggris, bahkan pengarang lagu Indonesia Raya, WR Soepratman adalah pemuda Ahmadiyah.

Peran Ahmadiyah ini mendapat penghargaan dari Presiden Soekarno, bahkan beliau memberikan sebuah rumah untuk markas Ahmadiyah di kota Baru, Yogyakarta meskipun realisasinya harus dengan membelinya dengan harga yang sangat murah.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan NKRI pun Jemaat Ahmadiyah ikut serta membangun Negara dan bangsa Indonesia. Banyak pejabat yang bekerja dengan setia untuk Negara dan bangsa ini, meskipun sering mendapatkan tantangan dari sebagian orang yang tidak menyenanginya.

Pada saat Negara dan Bangsa Indonesia mengalami krisis di awal zaman Reformasi dan  Presiden NKRI waktu itu KH. Abdul Rahman Wahid yang akrabnya dipanggil Gus Dur, dengan karunia Allah Taala pada tahun 2000 M Imam Jamaah Islam Ahmadiyah, Khalifatul-Masih Ar-Rabi Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ra dapat berkunjung ke Indonesia dan al-Hamdulillah dengan karunia-Nya pula Presiden Gus Dur bersedia menerima beliau di Istana Negara.

Di antara pembicaraan dalam pertemuan tersebut, Presiden Gus Dur menanyakan kepada Imam Jemaat, bagaimana solusi krisis yang sedang menimpa Negara dan bangsa Indonesia, di antara jawaban beliau yang masih saya ingat ada empat, yakni: Persatukan umat Islam Indonesia, selamatkan generasi muda dari Narkoba, berantas korupsi dan jangan sekali-kali pinjam uang dari IMF.

Sebagai bagian dari barisan umat Islam di Indonesia, Jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa setiap orang yang telah mengaku sebagai orang Islam dengan mengucapkan Dua Kalimah Syahadat kami akui sebagai saudara sesama Muslim, bahkan setiap yang namanya manusia, apapun kepercayaan dan agamanya kami mulyakan demi mencari keridhaan Allah Taala, karena Dia telah berfirman:

وَ لَقَدۡ کَرَّمۡنَا بَنِیۡۤ  اٰدَمَ وَ حَمَلۡنٰہُمۡ  فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ وَ رَزَقۡنٰہُمۡ مِّنَ الطَّیِّبٰتِ وَ فَضَّلۡنٰہُمۡ عَلٰی کَثِیۡرٍ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِیۡلًا
Dan sungguh Kami memuliakan keturunan Adam dan Kami mengangkut mereka di daratan dan lautan dan Kami memberi rezeki kepada mereka dengan barang-barang yang baik dan Kami membuat mereka melebihi kebanyakan makhluq yang Kami ciptakan (Bani Israil, 17:71)

Berdasarkan ayat tersebut, Jemaat Ahmadiyah menghormati setiap manusia dan melarang menyakitinya baik dengan lisan maupun tangannya bahkan Jemaat Ahmadiyah bersemboyan:

أَلْحُبُّ لِلْجَمِيعِ لاَ كَرَاهِيَّةَ ِلأَحَدٍ
Love For All Hatred For None
Cinta untuk semua, tiada kebencian untuk seorang pun

Sebagai bagian dari barisan umat Islam di Indonesia, kami Jemaat Ahmadiyah Indonesia tidak akan terjerumus untuk menikmati Narkoba dan sejenisnya, jangankan Narkoba merokok saja setiap anggota Jemaat Ahmadiyah tidak diperbolehkan.

Sebagai bagian dari barisan umat Islam di Indonesia, anggota Jemaat Ahmadiyah membenci perbuatan korupsi, bahkan sebagai bukti kecintaannya kepada Islam setiap anggota menginfaqkan sebagian rezekinya untuk Islam dan kemanusian dengan cara menyerahkannya kepada Baitul-Maal yang dikelola secara proporsional oleh Imam Jemaat Ahmadiyah.

Jadi, bagaimana mungkin seorang Ahmadi akan melakukan korupsi, sedangkan kekayaannya sendiri saja diinfaqkan dengan tulus dan jujur, dan besarnya harta yang diinfaqkan minimal 1/16,  dan maksimal harta yang diinfaqkan sebesar 1/3 kekayaannya.

Sebagai bagian dari umat Islam di Indonesia, Muslim Ahmadi terbiasa hidup realistis sesuai dengan kemampuan yang ada. Meskipun miskin, anggota Ahmadiyah tetap rutine menginfaqkan sebagian rezekinya demi untuk mencari keridhaan Allah Taala, karena berinfaq itu hukumnya wajib bagi orang miskin apalagi bago orang kaya, sebagaimana firman-Nya:

لِیُنۡفِقۡ  ذُوۡ سَعَۃٍ  مِّنۡ سَعَتِہٖ ؕ وَ مَنۡ قُدِرَ عَلَیۡہِ  رِزۡقُہٗ  فَلۡیُنۡفِقۡ مِمَّاۤ  اٰتٰىہُ اللّٰہُ ؕ لَا یُکَلِّفُ اللّٰہُ  نَفۡسًا اِلَّا مَاۤ  اٰتٰىہَا ؕ سَیَجۡعَلُ اللّٰہُ  بَعۡدَ عُسۡرٍ  یُّسۡرًا
Hendaklah orang yang mempunyai kelapangan rezeki membelanjakan sebagian dari kelapangannya; dan siapa saja rezekinya disempitkan, hendaklah membelanjakan sebagian apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Allah tak sekali-kali memikulkan beban kepada suatu jiwa, kecuali apa yang telah Ia berikan kepadanya. Allah akan membuat mudah setelah adanya kesukaran (At-Thalaq, 65:8)

Inilah Jamaah Ahmadiyah di Indonesia sebagai salah satu model barisan kaum Muslimin di Indonesia pada zaman Akhir ini. Guna lebih jelas dan detailnya wajah Ahmadiyah, silakan membaca literatur dan menyaksikan prilaku anggotanya, jika perlu hidup bersama dengan komunitas Ahmadiyah selama 3 hari, insya Allah  Taala kesan di hati orang yang menyaksikan bahwa ke-Islaman mereka persis seperti apa yang telah kami paparkan.

Sosok Muslim yang diidamkan Pendiri Ahmadiyah adalah Muslim beriman yang sopan-santun, berilmu yang membawa berkat bagi umat manusia, bermata yang mudah mencucurkan air mata karena takut kepada Tuhannya dan memiliki hati yang bergetar ketika ingat Tuhannya, sebagaimana doanya berikut ini:

رَبِّ أَحْيِ اْلإِسْلاَمَ بِجَهْدِي وَهِمَّتِي وَدُعَائِي وَكَلاَمِي وَأَعِدْبِي سَحْنَتَهُ وَخَيْرَهُ وَسِبْرَهُ وَمَزِّقْ كُلَّ مَعَانِدَ وَكِبْرَهُ. رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى أَرِنِي وُجُوهًا ذَوِي الشَّمَائِلِ اْلإِيْمَانِيَّةِ وَنُفُوسًا ذَوِي الْحِكْمَةِ الْيَمَانِيَّةِ وَعُيُونًا بَاكِيَةً مِنْ خَوْفِكَ وَقُلُوبًا مُقْشَعِرَةً عِنْدَ ذِكْرِكَ

Wahai Tuhanku, hidupkanlah Islam ini dengan perjuanganku, gelora semangatku, doaku dan perkataanku; kembalikanlah kemajuannya Islam, kebaikannya dan keindahannya dengan perantaraanku; dan cerai-beraikanlah (robek-robeklah) setiap musuh yang keras kepala beserta kesombongannya. Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati ruhaninya, wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku orang-orang mukmin yang sopan-santun dan orang-orang berilmu yang bijak penuh berkah dan perlihatkanlah kepadaku orang-orang yang mudah mencucurkan air mata karena takut kepada-Mu dan orang-orang yang hatinya bergetar ketika mengingat-Mu (Ainah Kamalati Islam, hal 6)

Pendek kata, setiap Muslim Ahmadi senantiasa berupaya untuk memperoleh jiwa yang tenteram (muthmainnah), sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Agung Al-Mushthafa Muhammad saw berikut:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضّى بِقَضّائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ
Wahai Allah, aku mohon kepada Engkau jiwa yang tenteram, yakni jiwa yang beriman kepada pertemuan dengan Engkau, jiwa yang senang menerima keputusan Engkau dan jiwa yang merasa cukup dengan pemberian Engkau (Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Abu Umamah ra dan Kanzul-Ummal, Juz II/ 5082)

-----oo0oo-----






بسم الله الرحمان الرحيم    نحمده و نصلى على رسوله الكريم و على عبده المسيح الموعود
Nomor Registrasi: ……………………….
Kehadapan Imam kami yang mulia
Hadhrat  Khalifatul Masih ِ Al Khamis
Ayyaadahullohu ta’ala bi nashrihil aziiz
السلام عليكم و رحمة الله و بركا ته
Dengan segala kerendahan hati ,  secara tertulis pernyataan bai’at ini dipersembahkan kehadapan  yang mulia, dengan permohonan semoga saya / kami diterima masuk kedalam Jema’at Muslim Ahmadiyah  dan kami mohon dido’akan.
PERNYATAAN BAI’AT
اَشْهْد َُاَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وحْدَهُ لاَََََََ شََرِيْكَ لَهُ وَاَشْهْد َُاَنَّ مُحَمَّدًَا عَبْدُهُ وَ رَسُوُ لُهُ
اَشْهْد َُاَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وحْدَهُ لاَََََََ شََرِيْكَ لَهُ وَاَشْهْد َُاَنَّ مُحَمَّدًَا عَبْدُهُ وَ رَسُوُ لُهُ
Hari ini, saya bai’at ditangan Masroor masuk kedalam Jema’at Ahmadiyah dalam Islam. Dengan teguh dan keyakinan  yang penuh, saya beriman bahwa Hadhrat Muhammad Rasulullah  صلى الله عليه و سلَّم adalah  Khataman Nabiyyin. Saya mengakui bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani عليه الصلوة و السلام, dialah  Imam Mahdi dan Masihil Mau’ud, yang mana Hadhrat Muhammad Rasulullah صلى الله عليه و سلَّم telah menubuwatkannya.
Saya berjanji, bahwa saya akan senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk mematuhi sepuluh syarat bai’at, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud عليه الصلوة و السلام. Saya akan mendahulukan kepentingan agama diatas kepentingan dunia.
Saya akan senantiasa  memelihara hubungan yang setia dengan  Khilafat Ahmadiyah dan sebagai Khalifatul Masih, saya akan berusaha mengamalkan segala petunjuk - petunjuk  yang ma’ruf dari yang mulia,  insya Allah.
اَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّي مِنْ كُلُِّّّ زََنْْبٍ  وََ اَتُوْبُ اِلَيْهِ
اَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّي مِنْ كُلُِّّّ زََنْْبٍ  وََ اَتُوْبُ اِلَيْهِ
اَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّي مِنْ كُلُِّّّ زََنْْبٍ  وََ اَتُوْبُ اِلَيْهِ
رَبِّيْ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِىْ واعْتَرَفْتُ بِذ َنْبِي فََاغِْفِرِْلي ذ ُ نُوْبِيْ فَاِنََّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berlaku aniaya terhadap diriku dan aku mengakui dosa – dosaku itu, maka ampunilah dosa-dosaku, sebab sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau, Amin
Tempat / tgl bai’at                                             
 ………………………, ……/……/……….
Tanda tangan pemohon,

(……………………………………)
SYARAT BAI’AT MASUK KE DALAM JEMAAT AHMADIYAH:

1. Akan menjauhi syirik sampai mati.
2. Tidak akan mendekati zina, bicara bohong, memandang orang lain dengan nafsu birahi, menjauhkan diri dari segala macam kedurhakaan, kejahatan, aniaya dan khianat; tidak mengadakan pemberontakan, tidak membuat huru-hara serta tidak akan tunduk kepada keinginan hawa nafsu.
3. Akan senantiasa menegakkan shalat lima waktu... semata-mata karena mengikuti perintah Allah SubchaanaHu wa Ta’aalaa dan pelajaran Rasul-Nya yang mulia Shallallaahu ‘alaihi wa sallam; dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa menegakkan Shalat Tahajjud; memohonkan rahmat atas Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam (shalawat); memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa (istighfar); akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus (tasyakur); serta memuji dan menyanjung-Nya dengan hati yang penuh rasa cinta (tahmid).
4. Tidak akan menyakiti seorang pun dari makhluk Allah, teristimewa kaum muslimin karena terdorong hawa nafsu, baik dengan tangan, lisan maupun dengan cara-cara lainnya.
5. Akan tetap setia kepada Allah SubchaanaHu wa Ta’aalaa dan senang menerima keputusan-Nya dalam segala keadaan—baik susah ataupun senang, baik sulit ataupun mudah, baik musibah ataupun nikmat; dan bersedia menerima caci maki, kehinaan dan penderitaan di jalan-Nya; tidak akan memalingkan muka dari Allah di saat menderita, bahkan akan terus berjalan maju untuk mendekati-Nya.
6. Akan menjauhkan diri dari kebiasaan buruk yang menuruti hawa nafsu, lamunan palsu dan menerima setiap hukum dan ajaran Alquran yang agung di atas dirinya, serta menjunjung tinggi firman Allah SubchaanaHu wa Ta’aalaa dan sabda Rasul-Nya Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai pedoman semua langkah hidupnya.
7. Akan menjauhkan diri dari kesombongan, sebaliknya akan hidup dengan rendah-hati, bergaul dengan sesama manusia serta beradat-istiadat dengan lemah lembut dan akhlak yang baik.
8. Akan menjunjung tinggi dan memuliakan agama Islam, melebihi jiwa, harta dan anak-anaknya... serta dari setiap yang dicintai.
9. Akan memberi pertolongan kepada semua makhluk Allah SubchaanaHu wa Ta’aalaa dengan belas kasih semata-mata untuk mencari ridha-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan membelanjakan setiap kekuatan dan nikmat pemberian Allah itu untuk kebaikan dan manfaat bagi mereka.
10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud “dengan ikatan persaudaraan yang tulus karena Allah SubchaanaHu wa Ta’aalaa, dalam menaati setiap perkara kebaikan yang diperintahkan;  berdiri di atas perjanjian ini sampai mati; dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi... baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja.

(Isytihar Takmil Tabligh, dikutip dari Majalah At-Taqwa, Volume No. 9, Issue No. 6, Oktober 1996)

Post a Comment

0 Comments