PESAN-PESAN LELUHUR TANAH JAWA TENTANG KEDATANGAN RATU ADIL ATAU IMAM MAHDI (as)


Oleh : Mln. Abdul Rozzaq


A. Siapakah Leluhur Tanah Jawa?

Leluhur artinya nenek moyang, yaitu orang dulu yang menurunkan kita bangsa Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Konon , sejak tahun 500an M, di negara kita terdapat banyak kerajaan besar. Nenek moyang kita sudah melakukan perdagangan ke luar negeri. Persahabatan nenek moyang kita dengan negara-negara tetangga yang rajin mencatat dan rapi menyimpannya adalah merupakan andil besar bagi kita untuk mengetahui sejarah nenek moyang kita.

Salah satu catatan itu berupa buku yang sangat terkenal, yaitu Kitab Ramayana. Kitab ini ditulis seorang pujangga berbangsa India. Tulisan dalam kitab itu menyebutkan nama Yawadwipa.

Alkisah, tentara kera yang bertugas mencari Dewi Sinta ke negri-negri timur telah memeriksa Yawadwipa. Yawadwipa dihias oleh tujuh kerajaan. Pulau itu adalah pulau emas dan perak.

Kitab itu juga menyebutkan nama Swarnadwipa (berarti pulau emas). Kini, Swarnadwipa itu nama lain dari pulau Sumatera. Mungkin, yang dimaksudkan tujuh kerajaan itu adalah:

1. Kerajaan Kutai yang terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan sekitar tahun 400 M. Rajanya yang terkenal bernama Mulawarman. Inilah kerajaan tertua di Indonesia.

2. Kerajaan Tarumanegara yang terletak antara sungai Cisadane dan sungai Citarum, Jawa Barat dan Banten sekitar tahun 400 M. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman

3. Kerajaan Mataram kuno yang terletak antara Sungai Brantas dan Gunung Kawi kira-kita tahun 900 M. Raja terakhirnya bernama Dharmawangsa.

4. Kerajaan Kediri yang terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur. Raja yang terkenal bernama Jayabaya (1130  1160 M). Beliau banyak meninggalkan Ramalan yang dikenal dengan nama Jangka Jayabaya

5. Kerajaan Singasari yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi, Jawa Timur. Puncak kejayaan kerajaan ini ketika diperintah Raja Kertanegara, beliau bergelar Sri Maharajadiraja Kertanegara tahun 1268 M.

6. Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi sungai Musi, provinsi Sumatera Selatan. Kerajaan ini mencapai kejayaannya pada abad 8 dan 9 Masehi. Sedang Rajanya yang terkenal bernama Raja Balaputradewa yang naik tahta tahun 856 M

7. Kerajaan Majapahit yang terletak di tepi sungai Brantas, tepatnya di kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Rajanya yang terkenal bernama Hayam Wuruk yang lahir tahun 1334 M dan memerintah tahun 1350  1389 M, dengan patihnya bernama Gajah Mada.

Menurut salah satu sumber, agama Islam masuk ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Penyebaran agama Islam di nusantara dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat. Mereka menyebarkan agama Islam secara damai melalui perdagangan.

Bukti-bukti yang menyatakan masuknya agama Islam ke Indonesia sebagai berikut:
Batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangkat tahun 1297.

Catatan seorang musafir bernama Marco Polo dari Venesia (Italia). Marcopolo pernah singgah di Kerajaan Perlak, Sumatera pada tahun 1292 M. Dia menceriterakan bahwa penduduk kota Perlak telah memeluk agama Islam.

Catatan seorang musafir muslim dari Tunisia yang bernama Ibnu Batutah (1345  1346 M). Catatan tersebut menyatakan bahwa agama Islam telah berkembang di Kerajaan Samudera Pasai.

Dalam waktu relatif singkat, nenek moyang kita dapat menerima agama Islam. Mula-mula agama Islam diterima di pesisir utara dan timur Pulau sumatera. Selanjutnya, di pesisir utara Pulau Jawa dan bagian lain wilayah Indonesia.

Selain penduduk dan para pedagang, para penguasa atau raja-raja pun banyak yang memeluk agama Islam. Dengan banyaknya raja-raja yang memeluk agama Islam, muncullah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Misalnya:

1. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu, bergelar Sultan Malik al-Saleh pada abad 13 M dan wafat tahun 1297 M. Kerajaan ini  berada di tepi Sungai Paseyang yang bermuara di Teluk Lhokseumawe Aceh Utara.

2. Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang memerintah tahun 1514 - 1530 M. Kerajaan ini  berada di tepi Selat Malaka.

 3. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, yang memerintah tahun 1478 - 1518 M. Kerajaan ini  berada di daerah Bintoro di tepi muara sungai Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

4. Kerajaan Banten didirikan oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati sekitar tahun 1525 M, beliau wafat tahun 1579 M. Kerajaan ini  terletak di Ujung Barat Pulau Jawa di tepi selat Sunda atau sebelah barat laut Serang.

5. Kerajaan Ternate berdiri kira-kira abad ke 13 M. Kerajaan ini  menjadi Kerajaan Islam ketika diperintah Sultan Zainal Abidin tahun 1486 - 1500 M. Kerajaan ini terletak di Kepulauan Maluku bagian Utara, Ibu kotanya di Sampalu, pesisir tenggara Pulau Ternate, sekarang masuk Provinsi Maluku Utara.

6. Kerajaan Tidore berdiri kira-kira pada abad ke 13 M dan menjadi Kerajaan Islam pada abad ke 15 M. Rajanya yang terkenal bernama Sultan Nuku. Kerajaan ini terletak di Kepulauan Maluku bagian utara.

7. Kerajaan Gowa berdiri pada awal abad ke 13 M, rajanya yang pertama bernama Sultan Alauddin yang memerintah tahun 1593  1639 M. Kerajaan ini  terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Ibu kotanya bernama Somba Opu, kemudian berubah menjadi Makasar.

Namun ketika bangsa-bangsa Eropa datang di Nusantara ditentang oleh nenek moyang kita, karena mereka bertujuan untuk memonopoli perdagangan dan menghancurkan persaudaraan dan kekuasaan nenek moyang kita dengan cara mengadu domba serta menyebarkan agama yang batil yang merusak agama tauhid mereka.

Peperangan demi peperangan yang dilakukan nenek moyang kita untuk mempertahankan kekuasaan mereka akhirnya mengalami kekalahan, karena banyak nenek moyang kita yang lemah imannya dan hanya mementingkan diri sendiri serta terpengaruh bangsa Eropa, sehingga tega mengkhianati bangsa sendiri. Akhirnya nenek moyang kita mengalami kekalahan dan terpecah-pecah kekuasaannya, hingga menderita penjajahan selama 350 tahun.

Berkat pertolongan Allah Ta'ala dan perjuangan nenek moyang yang sangat gigih bangsa Indonesia mendapat karunia kemerdekaan dari penjajahan bangsa Eropa dan Jepang dan tentunya bangsa kita menderita kerugian karena kerusakan agama dan kehilangan putra-putri terbaik serta materi yang banyaknya tak terkirakan.

Kini, kita masih memiliki peninggalan 17508 pulau (IPS 2 KELAS 4 SD, Intan Pariwara) yang sebagian besar masih belum kita manfaatkan. Bahkan  di antara pulau-pulau itu yang sudah diberi nama baru 5700 buah saja. Jadi masih 11808 buah pulau yang belum mempunyai nama.

Demikian pula dalam hal agama, pada umumnya bangsa kita masih memegangi agama tauhid, meskipun telah mengalami kerusakan. Namun pada umumnya mereka berkeyakinan akan memperoleh kemenangan kembali setelah datangnya seorang figur suci yang akan menyelamatkan agama dan keimanan mereka. Kini mereka sedang menunggu-nunggu kedatangannya. Inilah kisah ringkas nenek moyang kita, bangsa Indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara serta beragama yang pada umumnya mudah beradaptasi secara damai dan selektif, sehingga hidup mereka dinamis dan inovatif.


B. Bolehkah Mempercayai Pesan-pesan Leluhur?
Pesan-pesan Leluhur boleh dipercaya dan diikuti, asalkan tidak bertentangan dengan Alquran, Sunnah atau Hadits Rasulullah ShollAllahu alaihi wa sallam. Karena Alquran itu petunjuk sempurna bagi kehidupan manusia sepanjang masa yang diridhoi Allah Ta'ala. Sedang Sunnah dan Hadits Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallammerupakan tafsir dan contoh praktis pelaksanaan  Alquran itu secara sempurna pula. Bahkan istri beliau, Sayyidah Aisyah  bersaksi bahwa akhlaq beliau adalah Alquran. Oleh karena itu setiap orang Islam wajib taat kepada Allah dan Rasul-Nya (HR Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasai)

Allah Ta'ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul itu dan kepada pemegang kekuasaan di antara kamu; lalu jika kamu bertengkar mengenai sesuatu hal, kembalikanlah itu kepada Allah dan Rasul itu, jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Ini adalah yang paling baik dan paling tepat untuk  mendapatkan penyelasaian (An-Nisa, 4:60)2)

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: Jika kamu cinta kepada Allah, ikutilah aku; Allah akan mencintai kamu dan melindungi kamu dari dosa. Dan Allah itu Yang Maha-pengampun, Yang Maha-pengasih (Ali Imron, 3:32)

Sehubungan dengan hal ini, Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jaminan kepada umatnya bahwa mereka tidak akan tersesat jalan jika berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابُ اللّهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ

Aku tinggalkan di kalangan kamu dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya (HR Al-Muwatho’ dan Misykatu Syarif, Juz I, Hadits no. 176, Imam Waliyuddin Muhammad Abdullah Al-Khathib Al-Umri, Maktabah Rahmaniyah, Lahor, Pakistan)

Khalifah Rasulillah, Ali bin Abi Tholib Karramallahu wajhahu mempertegas kembali tentang masalah di atas bahwa Allah menolak amal perbuatan yang berlandaskan akal dan meninggalkan Kitab Allah serta Sunnah Rasul-Nya dengan menyatakan:

ثَلاَثَةٌ لاَيُقْبَلُ مَعَهُنَّ عَمَلٌ : اَلشِّرْكُ ، وَالْكُفْرُ ، وَالرَّأْيُ ، قَالُوْا يَاأَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ : مَا الرَّأْيُ؟ قَالَ: تَدَعُ كِتَابَ اللّهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ وَتَعْمَلُ بِالرَّأْيِ

Tiga hal yang suatu amalan bersamanya tidak diterima: Syirik, kufur dan royu. Merekabertanya: Wahai Amir orang-orang beriman: Apakah royu itu? Beliau menjawab: Engkau tinggalkan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dan engkau beramal berdasarkan pendapat akalmu. (HR Ibnu Basyron dan Kanzul-Ummal, Juz I, Hadits no. 1640, Allamah Alauddin Ali Al-Muttaqi bin Hisamuddin Al-Hindi, Cet. Muassisah Al-Risalah, Bairut, Libanon 1989).

Pesan-pesan Leluhur kita sangat mungkin berisi kebenaran yang patut dikaji, dipercaya dan diikuti, karena nenek moyang kita dahulu telah mendapatkan pelajaran kitab agama Hindu dan Budha yang aslinya berasal dari Tuhan Yang Esa dan ajarannya yang benar diabadikan dalam Alquran (5:49;98:34). Apalagi setelah mereka menerima agama Islam, banyak pesan-pesan Leluhur kita yang merupakan tafsir Alquran atau Hadits Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallamatau mungkin mereka dahulu mendapatkan wahyu, baik berupa ruyah, ilham maupun kasyaf dari Allah Ta'ala. Sebab Allah itu bersifat berbicara kepada para hamba-Nya yang dikehendaki.

Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan bagi manusia, tiada Allah akan berfirman kepadanya; kecuali dengan wahyu, atau dari belakang tirai atau dengan mengutus seorang Rasul dan mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Ia kehendaki. Sesungguhnya Ia adalah Yang Maha-luhur, Yang Maha-bijaksana (Asy-Syuro, 42:52)

C. Pesan-pesan Leluhur Tentang Datangnya Ratu Adil

Leluhur kita, bangsa Indonesia banyak menyampaikan pesan-pesan untuk generasi penerus mereka agar senantiasa menjunjung tinggi agama, keimanan dan akhlaq dalam kehidupan mereka dan senantiasa waspada terhadap ancaman dan fitnah yang membahayakan agama, keimanan, akhlaq,  kebangsaan dan negara mereka.

Teristimewa ancaman yang berasal dari Dajjal dan bangsa Yajuj wa Majuj, yang oleh Sunan Kalijaga dinamakan Dewa Serani dan Batara Kala. Keburukan fitnah mereka akan membuat kesengsaraan dan kerusakan ruhani dan kehidupan duniawi bangsa kita.

Apabila bangsa Indonesia sudah dikalahkan Dajjal dan Yajuj wa Majuj, maka Allah akan mendatangkan Ratu Adil atau Al-Masih dan Imam Mahdi as dan bangsa Indonesia yang ingin selamat dari keburukan fitnahnya Dajjal dan yajuj wa Majuj harus mengenal dan mengikuti pimpinannya.

Pesan-pesan Leluhur yang sejiwa dengan ini dikenal oleh kebanyakan suku-suku di Indonesia, teristimewa di kalangan masyarakat yang dahulunya terdapat kerajaan Islam. Begitu banyak macam dan ragamnya pesan-pesan Leluhur itu tidak mungkin dipaparkan dalam makalah yang sangat terbatas ini. Sekedar contoh, akan kami sajikan sebagian pesan-pesan Leluhur yang ada di Pulau Jawa.

Kebanyakan pesan-pesan Leluhur di Jawa dikenal dari lisan ke lisan, sehingga redaksinya bermacam-macam, sesuai dengan tingkat ketajaman pendengaran dan kesetiaan daya ingatan mereka, tetapi jiwa maknanya sama.

Adapun pesan-pesan leluhur yang diwariskan secara tertulis dan sering dibaca oleh sebagian bangsa Indonesia adalah yang ditulis oleh seorang Pujangga keraton Surakarta bernama ki Pujangga Raden Ngabei Ronggowarsita (1802  1873 M). Pesan-pesan itu beliau susun dalam bentuk tembang, di antaranya sebagai berikut:

Amenangi jaman edan, Ewuh aya ing pambudi, Milu edan nora tahan, Yen tan melu anglakoni, Boya kaduman melik, Kaliren wekasanipun, nDilalah karsa Allah, Begja begjane kang lali, Luwih begja kang eling lawan waspada. (RAHASIA RAMALAN JAYABAYA RANGGAWARSITA & SABDAPALON, halaman 26)

Artinya:
Hidup pada zaman edan, benar-benar sulit; akan mengikuti tidak sampai hati; tetapi jika tidak mengikuti arus jaman itu tidak akan mendapatkan bagian apapun; akhirnya menderita kelaparan; Namun sudah menjadi kehendak Allah. Bagaimanapun juga, walaupun orang lupa itu bahagia, namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.

Pada suatu ketika bangsa Indonesia akan mengalami krisis iman dan kepemimpinan, yang ditandai dengan banyak pejabat yang berlaku tidak adil, tidak benar dan tidak jujur bahkan korupsi.

Sedang hukum tidak ditegakkan dengan adil, maka pada saat itu banyak pejabat yang lemah iman dan tidak ingat akan adzab Allah yang akan ditimpakan atas mereka kehilangan kewaspadaan dan terseret untuk ikut-ikutan berbuat kegila-gilaan, karena merasa rugi jika tidak menggunakan kesempatan.

Akibatnya kezhaliman dan kemaksiatan merajalela, karena setiap orang yang mempunyai kesempatan untuk melakukan itu sudah lupa jika setiap gerak gerik mereka diawasi dan dicatat oleh Allah yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban.

Namun orang  orang yang ingat kepada Allah dan waspada dalam menjaga diri dari perbuatan maksiat dan kezhaliman itu jumlahnya sangat sedikit. Mereka inilah sebenarnya orang yang lebih bahagia, meskipun secara duniawi hidup mereka hanya paspasan atau kekurangan. Karena di alam Akhirat mereka bebas dari hisab, dan merasa senang menghadap Tuhannya dalam keadaan suci, karena  di dunia tidak dibebani dosa dan ancaman adzab yang berat. Zaman seperti inilah yang dinamakan zaman Edan. Kini, kondisi bangsa Indonesia seperti ini sudah tergenapi bahkan masih sedang berlangsung.

Wong alim-alim pulasan; Njaba putih njero kuning; Ngulama mansah maksiat; Madat madon minum main; Kaji-kaji ambanting; Dulban kethu putih mamprung; Wadon nir wadonira; Prabaweng salaka rukmi; Kabeh-kabeh mung marono tingalira (RAHASIA RAMALAN JAYABAYA RANGGAWARSITA & SABDAPALON, halaman 17)

Artinya:
Banyak orang yang tampaknya alim, tetapi hanyalah semu belaka. Di luar tampak baik tetapi di dalamnya tidak. Banyak ulama berbuat maksiat. Mengerjakan madat, madon minum dan berjudi. Para haji melemparkan ikat kepala hajinya. Wanita hilang kewanitaannya karena terkena pengaruh harta benda. Semuanya saja waktu itu hanya harta bendalah yang menjadi tujuan.

Kini, ramalan ini tergenapi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di mana-mana sering kita baca dalam media Massa dan kita saksikan dalam media elektronika orang yang diakukan sebagai ustadz atau kiyai atau ulama berbuat maksiat, jahat dan sumber fitnah yang menimbulkan kebencian, permusuhan, kerusuhan, kerusakan dan pertikaian. Apalagi kalau orang yang hanya pernah menunaikan ibadah haji, sangat banyak amalannya yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Terlebih kaum wanita Islam yang materialistik, banyak yang bangga dijadikan tontonan dan obyek pemuasan hawa nafsu. Semua ini sebenarnya telah dinubuwatkan dalam Hadits-hadits Rasululloh saw. Beliau menggambarkan Islam tinggal namanya, Alquran tinggal tulisannya, ulama mereka suka mengeluarkan fitnah dan banyak yang hidupnya mencerminkan watak kera dan babi, sedang kaum wanitanya banyak yang mengikuti Dajjal, Yajuj wa Majuj.

Dene besuk nuli ana; Tekane kang Tunjung putih; Semune Pudhak kasungsang; Bumi Mekah denya lair; Iku kang angratoni; jagat kabeh ingkang mengku; Juluk Ratu Amisan; Sirep musibating bumi; Wong nakoda milu manjing ing samuwan (RAHASIA RAMALAN JAYABAYA RANGGAWARSITA & SABDAPALON, halaman 62)

Artinya:
Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune pudak kesungsang. Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nahkoda ikut ke dalam persidangan.

Ratu Amisan dalam ramalan di atas menunjuk kepada Al-Masih, nama gelar pemberian Nabi Agung Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada pengikut setia beliau di zaman akhir bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Alaihis salam yang menggunakan surban kebesarannya berwarna putih sehingga tampak seperti Tunjung putih.

Beliau inilah Ratu Adil untuk memimpin ruhani umat manusia di jagat raya ini, yang kedatangannya senantiasa dinanti-nantikan bangsa Indonesia, karena beliaulah hamba Allah Ta'ala yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia zaman akhir ini dari keburukan Dajjal, Yajuj wa Majuj.

Ecis wesi Udharati; Ing tembe ana Molana; Pan cucu Rasul jatine; Alunga mring Tanah Jawa; Nggawa ecis punika; Kinarya dhawung puniku; Dadi pundhen bekel Jawa. (RAHASIA RAMALAN JAYABAYA RANGGAWARSITA & SABDAPALON, halaman 54)

Artinya:
Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada Maolana yang masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke pulau Jawa membawa ecis tersebut. Kelak menjadi pepunden Tanah Jawa.

Ramalan inipun telah digenapi oleh Allah Ta'ala pada tahun 2000 yang lalu, dengan kehadiran Khalifatul-Masih Ar-Robi, bernama Hazrat Mirza Thahir Ahmad Rohimallahu anhu ke Indonesia, khususnya Pulau Jawa, di mana beliau mengadakan kunjungan ke Jakarta, Yogyakarta, Cirebon, Kuningan, Bandung dan Bogor, bahkan beliau disambut Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua MPR RI Prof. DR. H. Muhammad Amin Rais. Dan beliau itu adalah cucu seorang Rasul bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Alaihis salam, Pengikut Setia Nabi Agung Muhammad Shallallahu alaihi wa sallamdi di zaman akhir ini.

Sampun tutug kalih ewu warsi; Sunya ngegana tanpa tumingal; Ya meh tekan dalajate, Yen Kiamat puniku; Ja Majuja tabatulihi; Anuli larang udan; Angin topan rawuh, tumangkep sabumi alam; Saking kidul wetan ingkang andhatengi; Ambedhol ponang arga (RAHASIA RAMALAN JAYABAYA RANGGAWARSITA & SABDAPALON, halaman 64-65)

Artinya:
Sudah 2000 tahun; Angkasa sepi tidak terlihat apapun juga;  Sudah hampir tiba waktunya Kiamat. Yajuj wa Majuj memutuskan hubungan manusia dengan Allah; lalu jarang hujan; angin topan yang sering datang. Bagaikan menimpa bumi dari selatan timur datangnya menghancurkan gunung-gunung.

Yajuj wa Majuj adalah nama nenek moyang bangsa-bangsa yang menempati benua Eropa Barat dan Timur. Mereka datang menjajah bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Mereka menguras kekayaan alam, baik tambang maupun kayu hutan. Bahkan gunung-gunung pun mereka ratakan untuk dikuras kekayaannnya, di samping dibuat jalan dan rumah-rumah peristirahatan.

Yen tanah Jawa wis dikalungi wesi; Landa kari sajodo; Wong Jawa kari separo; Cina gila-gilo; lan yen pasar ilang swarane.

Artinya:
Apabila tanah Pulau Jawa sudah dilingkari besi berupa rel kereta api; Belanda tinggal satu jodoh Duta Besarnya; Orang Jawa tinggal seperdua karena banyak tarnsmigrasi; Cina menoleh ke kanan dan ke kiri mengambil yang aman dan menguntungkan; dan apabila pasar kehilangan suaranya karena banyak swalayan (Wasiat dari lisan ke lisan yang sudah terkenal di masyarakat Jawa)

Ramalan inipun kini sudah digenapi oleh Allah Ta'ala, buktinya Pulau Jawa sudah dilingkari besi berupa rel kereta api, mulai dari Merak ujung barat Pulau Jawa sampai ke Ketapang Banyuwangi, ujung timur Pulau Jawa. Jalur utara melewati Semarang, sedang jalur selatan melewati Yogyakarta.

Ketika ramalan ini dibuat, Belanda sebagai Penjajah bangsa Indonesia yang menyebar di mana-mana karena mereka menjadi penguasa duniawi di Nusantara ini. Namun setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka, maka secara resmi Belanda tinggal satu jodoh saja, yaitu Duta Besar Belanda untuk Indonesia bersama istrinya.

Kemudian Pemerintah NKRI membuat program Transmigrasi untuk mengurangi kepadatan penduduk Jawa dan memanfaatkan lahan mati di pulau-pulau yang sangat kurang penduduknya, sehingga  Penduduk pulau Jawa tinggal separuhnya. Sedangkan Cina keturunan, bersikap mencari keselamatan dan keuntungan diri sendiri dan golongannya dengan mengikuti golongan yang sedang berkuasa saat itu.

Dan setelah pembangunan ekonomi mulai maju, di mana-mana di bangun Swalayan dan Mall, di mana para pedagang tidak lagi berteriak-teriak menawarkan barang dagangannya, dan pembeli tidak lagi mengadakan tawar-menawar, sehingga suasana pasar ini nyaris tak terdengar suaranya.

Imam Mahdi kuwi ora saka tanah Jawa, wong Jawa kuwi mung dadi tentarane, kang karan tentara markiddin, gegamane dzikrulloh (ingat kepada Allah)

Artinya:
Imam Mahdi Alaihis salam itu tidak berasal dari Jawa, orang Jawa hanya sebagai tentaranya, yang dinamakan tentara Markiddin (terpelajar dalam agama), senjatanya dzikrulloh (banyak mengingat Allah) (Wasiat dari lisan ke lisan yang sudah terkenal di masyarakat Jawa).

Ramalan inipun juga telah digenapi oleh Allah Ta'ala dengan dibangkitkannya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani, sebagai Al-Masih dan Imam Mahdi ‘Alaihis salam, sebagaimana sabda beliau berikut:
وَكُنْتُ أَدْعَيْتُ إِنِّي أَنَا الْمَسِيْحُ الْمَوْعُودُ وَالْإِمَامُ الْمَهْدِي الْمَعْهُوْدُ
Dan aku telah mendakwakan diri bahwa sungguh aku adalah Al-Masih  dan Imam Mahdi yang dijanjikan (Hujjatullah, halaman 39)


Di pulau Jawa, sudah banyak pengikut Ratu Adil atau Imam Mahdi Alaihis salam.  Mereka ini tidak lain adalah orang-orang yang bergabung dalam Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Mereka dinamakan Markiddin, karena senantiasa menjunjung urusan Agama melebihi urusan duniawinya, sehingga masyarakat mengenalnya sebagai orang Islam zuhud  militan, yang senantiasa ingat Allah meskipun hidup di tengah-tengah kota yang penuh dengan nuansa kenikmatan duniawi.

Ruwatan minangka sarana kangge nyelametake keturunan saka pialane Batara Kala lan Dewa Serani

Artinya:
Kisah sakral yang dipertunjukan sebagai sarana untuk menyelamatkan keturunan dari keburukan Raja Zaman dan Dewa Nasrani atau Kristen (Ruwatan dalam pertunjukan Wayang Kulit Jawa).

Raja Zaman dalam Ruwatan di atas tidak lain adalah Bangsa-bangsa Eropa dan Amerika yang memiliki pengetahuan dan teknologi senjata yang canggih, sehingga dengan kekuatan itu mereka mengadakan penyerangan kepada bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada umumnya dalam keadaan lemah dan bodoh. Sehingga mereka dapat mengalahkannya dengan mudah.

Dewa Srani dimaksudkan adalah Agama Kristen yang dalam Alquran dan Hadits disebut Nashrani, yang mereka sebarkan kepada bangsa Indonesia dengan cara yang sangat menawan, meskipun ajarannya bertentangan dengan tauhid Ilahi dan sebagian ajarannya bertentangan dengan fitrah manusia. Sehingga banyak bangsa Indonesia yang semula berada di jalan yang benar berbelok jalan dan tersesat jauh dari kebenaran yang sejati.

Post a Comment

0 Comments