EMANSIPASI WANITA, RELEVAN SECARA AKAL DAN AGAMA?


Oleh : Mln. Abdul Quddus Anom

Emansipasi wanita memiliki arti simpelnya adalah ingin mensejajarkan diri dengan pria, kesamaan gender. Wanita tidak ingin dirinya terkekang mereka ingin bisa berkembang dan maju.

Pada jaman dulu emansipasi yang diperjuangkan hanya seputar kebebasan mengeyam pendidikan, kebebasan bekerja dan kebebasan berpendapat (Womens Lib), nampaknya sekarang agak kebablasan, untuk bersaing dengan pria?

RA Kartini seorang priyayi jawa dinobatkan sebagai pahlawan karena kiprahnya pada abad 19 ketika wanita-wanita di negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Kartini merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali, sebagai wanita selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-teman pria serta merasa iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda. Dia sadar kedudukan wanita amat sangat tertinggal dan dia bertekad untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia.

Di bagian dunia luar Indonesia wanita ingin mencaplok emansipasi secara bulat-bulat, hal ini sangat tidak relevan secara akal dan agama. Apakah mereka lupa tubuh wanita dan pria berbeda, tidak ada pria bisa melahirkan, bukan? melainkan hanya wanita paling terbaik dalam merawat bayi di masa awal kehidupan. Islam memberikan penghormatan yang tinggi kepada mereka.

Sebuah apresiasi laik diberikan, wanita ditantang untuk tetap menjalankan kewajibannya sesuai kodrat wanita dan tetap produktif dalam karir. Beratkan? “Dan bagi perempuan-perempuan ada hak yang seimbang dengan kewajiban mereka secara patut dan bagi laki-laki ada suatu kelebihan atas mereka. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (S.2 Al-Baqarah : 229)

Menginginkan emansipasi wanita dalam semua bidang justru tidak akan menghasilkan keseimbangan sosial yang  sehat. Justru karena perbedaan fisiklah Islam memberikan tanggung jawab yang adil. Missal, sebisa mungkin wanita dibebaskan dari mencari nafkah yang dibebankan kepada pria.

Namun tidak ada alasan untuk melarang wanita ikut berkiprah memutar roda perekonomian sepanjang mereka melakukan itu tanpa menimbulkan gangguan, seperti mereka tidak mengabaikan tanggungjawab utamanya dalam reproduksi manusia dan memelihara keluarga. Inilah yang ditawarkan oleh Islam.

Wanita umumnya memiliki tubuh yang lebih lemah dan rapuh dibanding pria. Tetapi ajaibnya Tuhan memberikan mereka kekuatan phisik potensial yang lebih besar. Namun, tidak sepatutnya mereka diberikan pekerjaan kasar dalam lapangan perekonomian hanya karena pertimbangan persamaan hak atau apa pun namanya.

Wanita akan lebih terampil menangani masalah rumah tangga, wanita telah ditugasi tanggungjawab memelihara anak-anaknya. Wanita harus diberikan hak untuk tinggal di rumah lebih lama dari pria. Bukan dalam pengertian bahwa mereka terikat di dapurnya atau terpenjara di balik dinding rumahnya. Kalau wanita sampai mengalihkan perhatiannya dari tugas rumah tangga di rumah maka yang menderita selain kehidupan keluarga adalah anak-anak yang terabaikan.

Kedok emansipasi wanita dengan isu kebebasan yang sebebas-bebasnya digunakan oleh beberapa kepentingan untuk memperdagangkan diri dalam balutan gaun seksi untuk promosi iklan-iklan bahkan lebih mengerikan wanita dengan kecantikannya masuk kedalam jaringan prostitusi.

Jika demikian kebebasan tersebut malah menghancurkan derajat para wanita, dan emansipasi sendiri kehilangan maknanya. Menurut Islam, wanita dalam hal ini harus diberikan emansipasi dari eksplotasi dari kenikmatan semata.

Islam sendiri melindungi kemerdekaan dari setiap hal yang buruk Surah Al-Baqarah 206, Allah tidak menyukai kerusakan. Jadi, wanita harus diberikan hak-hak mereka dalam mendapatkan kesetaraan pendidikan, pekerjaan dan kebebasan berpendapat dengan memperhatikan kodrat yang telah diberikan Allah sebagai wanita.

Post a Comment

0 Comments