Rahmatan Lil-'Aalamiyn : Sebuah Anugerah dan Amanah Bagi Umat Islam


Oleh: Mln. Yudhi Wahyuddin

Allah SubhaanaHu wa Ta’aala  berfirman dalam Alquran Surah Al-Anbiyaa (Surah ke-21) ayat 106 sampai ayat 107:
وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ ١٠٦ إِنَّ فِي هَٰذَا لَبَلَٰغٗا لِّقَوۡمٍ عَٰبِدِينَ ١٠٧ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٨

106. Dan sesungguhnya telah Kami tulis dalam Kitab Zabur, sesudah nasihat itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.
107. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
108. Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.

Di dalam Surah 21 ayat 106 disebutkan perihal siapa yang akan mewarisi bumi itu. Allah SubhaanaHu wa Ta’aala menyebutkan bahwa pewarisnya ialah hanya bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh.

Jika merujuk kepada kekhususan dari ayat ini, maka negeri yang disebutkan pun tersurat secara khusus juga. Akan tetapi, jika kita mengambil pelajaran dari maksud ayat ini, maka dapat dipastikan bahwa seluruh hamparan bumi yang diciptakan Allah SubhaanaHu wa Ta’aala diwariskan hanya bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh.

Inilah syarat bagi orang-orang yang akan mewarisi negeri yang berlimpah keberkahan. Lahir maupun batin. Yakni hanya bagi orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan; mereka yang senantiasa memperbaiki dirinya ke arah kebaikan. Sehingga mereka yang akan dikenang dalam doa sepanjang zaman adalah mereka yang dikenal dengan kebaikan-kebaikannya itu. kebaikan-kebaikan yang tidak berhenti dalam diri mereka saja, akan tetapi terus menerus diajarkan dan diwariskan kepada anak keturunannya dan menjadikan negeri yang mereka tempati menjadi negeri yang dipenuhi dengan kedamaian, harmoni dan kesentausaan karena penghuninya.

Lebih jauh, Allah SubhaanaHu wa Ta’aala menghendaki semakin berlimpahnya keberkahan-Nya itu melalui kaum yang beribadah (Surah 21 ayat 107); suatu kaum yang hanya menghambakan dirinya, membaktikan dirinya untuk Tuhan,  hingga mewarnai setiap kata dan perilakunya dengan setiap sifat-sifat-Nya.

Akhirnya, sebagai tanda Rahmat-Nya yang sempurna bagi seluruh alam (Surah 21 ayat 108), Allah SubhaanaHu wa Ta’aala mengutus utusan-Nya yang terutama pula; Nabi Agung Muhammad Al-Musthafa ShallaLLAAHu ‘alaiHi wa Sallam dan melalui diri beliau ShallaLLAAHu ‘alaiHi wa Sallam, Allah SubhaanaHu wa Ta’aala menurunkan sebuah ajaran yang sempurna yang berlaku terus hingga hari kiamat.

Melalui kedua hal inilah, yakni melalui Alquran dan wujud Nabi yang sempurnalah manusia hingga akhir nanti mendapatkan tanda kasih sayang yang sempurna dari Allah SubhaanaHu wa Ta’aala. Tanda kasih sayang lahir maupun batin. Tanda kasih sayang yang tidak akan pernah pudar dimakan usia. Hingga menjadikannya sebagai pedoman hidup dalam mewujudkan kehidupan yang penuh dengan keberkahan jasmani maupun ruhani bagi siapa saja yang memegang teguh keduanya ini.

Selanjutnya keberkahan itu tidak berhenti di situ saja. Keberkahan yang menjadi tanda kasih sayang Allah SubhaanaHu wa Ta’aala lahir maupun batin ini dalam wujudnya yang tersurat diperuntukkan bagi siapapun dan bagi apapun. Sehingga jika dalam diri setiap orang terdapat kesadaran bahwa dirinya juga mengemban amanat penyebar kasih sayang, maka tanda kasih-Nya itu adalah tanda kasih bagi sekalian alam, bagi sekalian makhluk-Nya. Rahmatun lil-‘Aalamiyn.

Post a Comment

0 Comments