Internalisasi Rahmatan lil ‘alamin Dalam Kehidupan Seorang Ahmadi

Irfan Rafid

Sebagai agama yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, zat yang maha sempurna bahwa Islam diturunkan untuk menjadi Rahmat bagi alam semesta. Sebagaimana firman AllahTa’ala

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam.(QS: Al-Anbiya 107)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Rahmat itu menjadi tujuan dari pengutusan Rasulullah saw dengan membawa risalah Islam. Karena itu Rahmat Islam bagi alam semesta merupakan konsekuensi logis dari penerapan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Rahmat Islam tidak akan terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, aksesoris dan pelengkap “penderita” yang lain. Rahmat Islam juga tidak akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja, sementara ajaran huququl ‘ibad mereka abaikan.

Memahami arti Rahmatan lil alamin


Sebelum memasuki pembahasan Rahmatan lil alamin, maka perlu bagi kita semua untuk memahami arti kata Rahmat itu sendiri, sehingga akan lebih memudahkan kita dalam mewujudkan Rahmatan lil alamin dalam kehidupan kita.

Dalam Lisanul Arab dijelaskan bahwa secara bahasa, Rahmat artinya ar-rifqu wath-tha’athuf; yang artinya adalah kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata lain Rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad saw adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

Kata al-rahmah adalah mashdar dari kata kerja rahima, dan ia berkedudukan sebagai tujuan pengutusannya (maf’ûl li ajlihi) atau sebagai keterangan (hâl) bahwa Muhammad saw adalah al-rahmah yang menguatkan kedudukan beliau (mubâlaghah), dan dalam konteks penggunaan istilah ini kata Rahmat terkadang berkonotasi al-riqqah (kelembutan) atau berkonotasi al-ihsân (kebajikan). Atau al-khayr (kebaikan) dan al-ni’mah (kenikmatan). Maka ia termasuk satu lafazh yang berserikat di dalamnya lebih dari satu makna (lafzh musytarak) yang pemaknaannya ditentukan indikasi lainnya.

Lunturnya Penerapan Rahmatan lil Alamin pada Umat Islam

Bagai buih di lautan, begitulah ucapan nabi kita Rasulullah saw yang menggambarkan kondisi umat Islam di akhir zaman. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Thauban ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah meskipun jumlah mereka sangat ramai namun tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan  musuh mereka ibarat buih dilautan” sahabat bertanya, mengapa seramai itu tapi tidak berguna?” Rasulullah saw bersabda, “Karena ada dua penyakit yaitu mereka ditimpa penyakit Wahan yaitu cinta akan dunia dan takut akan kematian."

Kefasikan Berleluasa

Dari Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasulullah saw bersabda
“Bersegeralah kamu beramal sebelum menemui fitnah (ujian berat) seumpama malam yang sangat gelap. Seseorang yang masih beriman pada waktu pagi, kemudian pada waktu petang dia sudah menjadi kafir, atau seseorang yang masih beriman pada waktu petang, kemudian pada keesokan harinya dia sudah menjadi kafir. Dia telah menjual agamanya dengan sedikit harta benda dunia” (HR Muslim).
Namanya Saja Islam 

Dari Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw,
"Telah hampir tiba suatu zaman, di mana tidak ada lagi dari Islam kecuali hanya namanya, dan tidak ada lagi dari Al-Quran kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah langit. Daripada merekalah keluar fitnah, dan kepada mereka jua fitnah itu akan kembali ” (HR Al-Baihaqi)

Penyakit Umat Islam Masa Kini

Dari Abu Hurairah r.a. Katanya, aku mendengar Rasulullah sawa bersabda
“Umatku akan ditimpa penyakit -penyakit yang pernah menimpa umat-umat terdahulu” Sahabat bertanya “Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?” Nabi SAW menjawab “Penyakit-penyakit itu adalah, 1.Terlalu sombong, 2.Terlalu mewah, 3.Mengumpulkan harta sebanyak mungkin, 4.Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, 5.Saling memarahi, 6.Dengki-mendengki sehingga menjadi zalim menzalimi” (HR Hakim)


Islam Akan Pudar Secara Perlahan-Lahan

Dari Huzaifah bin al-Yaman r.a. Beliau berkata, Rasulullah saw bersabda
“Islam akan lenyap seperti hilangnya corak pada pakaian, sehingga orang tidak mengerti apakah yang dimaksudkan dengan puasa, apakah yang dimaksudkan dengan shalat, apakah yang dimaksudkan dengan nusuk (ibadah), dan apakah yang dimaksudkan dengan sedekah. Al-Quran akan hilang semuanya pada suatu malam saja, maka tidak ada yang tertinggal di permukaan bumi ini darinya walaupun hanya satu ayat. Sesungguhnya yang ada hanya beberapa kelompok manusia, di antaranya orang tua, lelaki dan perempuan. Mereka hanya dapat berkata, Kami sempat menemui nenek moyang kami mengucapkan kalimat LAILAHAILLALLAH, lalu kami pun mengucapkannya juga” (HR Ibnu Majah)

Setiap Ahmadi Harus Mewujudkan Rahmatan lil Alamin

Allah Ta’ala telah memberikan karunia dan ihsan yang teramat besar kepada para Ahmadi bahwa Allah Ta’ala tidak hanya telah menciptakan kita pada zamannya, tetapi telah juga memberikan taufik kepada kita untuk menerimanya. Maka taufik yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita ini, yakni kita telah beriman kepada Imam Zaman, menuntut beberapa hal dari kita, yang hendaknya kita perhatikan benar. Tidak cukup bagi kita hanya sekedar menerima utusan yang datang dari-Nya sesuai dengan janji-Nya, melainkan penting bagi kita untuk memperindah iman kita dengan memenuhi harapan-harapan yang Imam Zaman - Masih Mau’ud- telah harapkan dari kita.

Saat ini saya akan mengemukakan beberapa hal yang diharapkah oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dari kita. Pada suatu tempat beliau bersabda:
“Jemaatku, jika mereka ingin menjadi Jemaat [sejati] maka hendaklah mereka menempuh suatu maut. Menghindar dari perkara-perkara nafsu dan kehendak-kehendak nafsu, dan mendahulukan AllahTa’ala dari segala sesuatu. Banyak sekali orang hancur karena riya dan hal yang sia-sia.”Hanya ikrar beriman melalui mulut belumlah menunaikan tuntutan keimanan, selama kita tidak menjadi contoh ketaatan melalui amalan.
Demikian pula keburukan-keburukan yang lain. Baik itu keburukan yang biasa-biasa ataupun yang besar, jika manusia melakukan hal ini dan melupakan AllahTa’ala, maka ini juga disebut sebagai dikuasai oleh kehendak-kehendak nafsu. Memperlihatkan hal itu [berarti] tidak mendahulukan Allah Ta’ala dari kehendak nafsu. Sabda Hadhrat Masih Mau’ud ini, “Jika Jemaatku ingin menjadi Jemaat [yang sejati] maka hendaklah ia menempuh suatu maut”, menuntut perhatian dari setiap anggota Jemaat. Jemaat terdiri dari orang per orang, selama ishlaah perorangan dalam Jemaat tidak terjadi, maka Jemaat juga sebagai suatu kesatuan tidak dapat dikatakan memperoleh ishlaah secara sempurna. Dalam Jemaat pun nampak kekosongan.

Jika terdapat keburukan pribadi seseorang, bagaimana bisa hal itu menjadikan buruk nama baik Hadhrat Masih mau’ud as? Jika diperhatikan dengan seksama, maka keburukan pribadi kita dapat menjadi sebab jatuhnya nama baik Hadrat Masih Mau’ud as. Para penentang kita mencela kita,

“Kalian menyatakan bahwa kalian telah meyakini dan memperlihatkan keimanan kepada Imam zaman, tetapi keburukan-keburakan mendasar ini masih ada dalam diri kalian. Kebohongan, penipuan, dan ketidakjujuran. Mahdi datang tentu membawa perubahan, menyucikan jiwa-jiwa, katakan kepada kami, perubahan apa yang telah diciptakan oleh baiat kalian itu?” Maka dari itu, perbuatan keliru dan buruk seorang anggota Jemaat tidak hanya menimpakan bala bencana bagi pondasi Jemaat bahkan menimbulkan tuduhan-tuduhan buruk bagi ta’lim (ajaran) Hadhrat Masih Mau’ud as.

Mewujudkan Rahmatan lil alamin dengan menjalankan syarat baiat

Syarat baiat yang 1: Orang yang baiat akan senantiasa menjauhi syirik perbuatan menjauhi syirik tidak hanya untuk laki-laki bahkan para perempuan kita juga bisa memperlihatkan derajat tinggi. Contoh teladan dalam menegakkan syarat baiat yang ini hingga jika melihatnya hati dipenuhi pujian kepada AllahTa’ala, yang membuat revolusi keruhanian telah terjadi dalam diri mereka.

Syarat baiat ke 2: Senantiasa akan menghindarkan diri dari segala perbuatan buruk,  fasik, kejahatan, aniaya khianat, mengadakan huru-hara dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya.Setelah baiat setiap ahmadi harus bisa menjaga gejolak hawa nafsunya, bersamaan dengan itu mereka juga harus membuang rangkaian tradisi dan adat kebiasaan kotor sebelumnya. Di dalam jiwa hendaknya terjadi perubahan- perubahan suci seakan-akan keburukan ini sama sekali tidak ada pada diri mereka.

Syarat baiat ke 3: Senantiasa akan melaksanakan shalat lima waktu dan berusaha keras untuk mendirikan tahajjud serta mengirimkan shalawat pada nabi Muhammad saw.Saya menginginkan orang-orang yang baiat kepadaku hari demi hari bertambah maju dalam kebaikan dan ketaqwaan. Setelah berhari-hari mubahalah seakan-akan di jemaat kita telah tercipta satu lagi alam yang baru. Saya banyak melihat orang-orang menangis dalam sujud dan berkeluh kesah dalam tahajjud.
Menurut saya, hal yang cukup untuk memperkirakan ikatan manusia dengan Tuhannya ialah dengan melihat seberapa rajin, jujur dan tulus shalatnya. Saya sedemikian yakin orang yang penuh disiplin, tekun dan teliti mengerjakan shalat dan keadaan takut, sakit dan keadaan menghadapi cobaan tidak menghentikannya melakukan shalat, tidak dirugakan lagi adalah pemilik iman yang benar pada AllahTa’ala. Tetapi keimanan seperti ini AllahTa’ala berikan kepada orang-orang miskin, sangat sedikit orang-orang kaya mendapat nikmat harta ini.

Syarat baiat yang ke 4: Tidak mendatangkan kesusahan pada orang lain, karena dorongan hawa nafsunya baik dengan lisan, tangan atau dengan cara apapun juga.Pada syarat  baiat ini hendaknya setiap ahmadi mengamalkan apa yang menjadi sabda masih mauud as, bahwa beliau bersabda kalau dari ku tidak ada nasihat bersabar bagi jemaatku dan kalau saja sejak awal aku tidak menyiapkan kesabaran itu, yakni bersabarlah dalam mengahadapi perkataan buruk itu, maka medan jalsah itu akan dipenuhi darah. Inilah ajaran kesabaran yaitu mereka menghentikan hawa nafsu kemarahan.

Syarat baiat ke 5: Akan tetap setia pada AllahTa’ala dalam keadaan susah ataupun senang, suka duka, nikmat dan musibah pendeknya akan ridha terhadap putusan AllahTa’ala.Kondisi apapun yang terjadi pada setiap ahmadi, baik keadaan susah maupun senang, dalam keadaan ditimpa bencana maupun musibah, ditimpa derita kehinaan maupun dicemarkan nama baik tidak akan mengeluh pada Tuhan dan akan terus-menerus memohon karunia-Nya diiringi tekad akan tetap ridha pada kehendakNya.

Syarat baiat ke 6: Akan berhenti dari adat kebiasaan buruk dan menuruti hawa nafsu dan menjunjung tinggi perintah al-qur’an suci atas dirinya.Hazrat masih mau’ud menghendaki supaya orang yangbergabung dalam jemaat beliau mengamalkan ajaran-ajaran al-qur’an atau sekurang-kurangnya merupakan orang-orang yang berupaya mengamalkannya dan mengimaninya. Jika tidak mengimani satu perintah sekalipun, sabda beliau “ maka dia tideak ada ikatan dengan saya”.

Syarat baiat ke 7: Betul-betul akan meninggalkan takabur dan bangga diri, akan hidup merendahkan diri, beradat lemah lembut dan sopan santun.kebanyakan orang-orang semacam inilah yang mengimani para nabi Allah yaitu orang-orang yang halus budi pekertinya dan berkarakter sederhana. Dalam hal inilah terdapat rahasia dan intisari kemajuan jemaat-jemaat ilahi yaitu seberapa banyak Nampak orang-orang yang rendah hati, orang-orang yang sederhana yang menunjukkan contoh kerendahan hati yang luhur dan kesederhanaan yang tinggi, sebanyak itulah derap kemajuan menjadi bertambah lebih cepat, dan orang-orang yang mengimani para nabi pun adalah orang-orang yang serupa itu. Apabila pandangan para nabi menerpa kalbu-kalbu yang seperti itu dan mereka mengadakan jalinan dengan para nabi, maka itu akan memberikan mereka keindahan dan kecermalangan yang lebih.

Syarat baiat ke 8:  Akan mendahulukan agama dan kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari jiwa, harta bendanya, anak-anaknya dan dari segala yang dicintainya.Dalam jemaat ini dengan karunia Allah senantiasa terus menerus Nampak kepada kita pemandangan mendahulukan agama diatas dunia. ibu-ibu mempersembahkan anak-anak mereka dan para bapak dalam mengamalkan sunnah Ibrahim, membawa anak-anak mereka sambil memegang jari-jari tangan mereka seraya berkata “sekarang ini adalah milik jemaat”. Bilamana saja diinginkan, jemaat silahkan mengambil pengorbannya. Dan anak-anak pun merupakan sosok kader yang siap menyerahkan diri mereka untuk pengorbanan.kami pun seperti islmail siap memberikan pengorbanan jiwa.

Syarat baiat ke 9: Akan selamanya menaruh belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya dan medatangkan faedah kepada umat manusia. Jemaat ini dalam berbagai himbauan demikian menekankan pengkhidmatan social dan khidmat khalaq (pengkhidmatan terhadap umat manusia) setia warga jemaat, baik yang kaya maupun yang miskin sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan segera berupaya agar dapat meraih peluang melaksanakan pekerjaan khidmat khalaq demi mencari ridha ilahi. sebab kenapa hati ahmadi demikian tulus dalam pekerjaan-pekerjaan mulia semacam itu ialah karena manus telah melupakan ajaran indah Islam yaitu jika ingin mereaih kecintaan AllahTa’ala maka bersikap baiklah terhadap makhlukNya dan perhatikan pula keperluan-keperluan mereka.

Syarat baiat ke 10: akan menjaga tali persaudaraan dengan hamba ini semata-mata karena Allah dengan segala ketaatan yang ma’ruf.

Dengan menjalankan 10 syarat ini maka dengan sendirinya setiap ahmadi juga mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil alamin dalam kehidupannya, selain itu setiap ahmadi juga menjadi seorang yang amanah karena telah menepati janji baiatnya kepada Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala beri taufiq dan karunia kepada kita semua, sehingga kita menjadi ahmadi yang mukhlis dan sejati.



Post a Comment

0 Comments