Ahmadiyah Mengingkari Jihad?

“Pendek kata, kami tidak mengingkari jihad, melainkan kami menentang salah pengertian tentang jihad, yang karena salah pengertian itu Islam sangat menderita dewasa ini. Pada hemat kami, rahasia kemajuan orang-orang Islam tersembunyi di balik penghayatan akan masalah ini. Apabila hal itu dipahami mereka dengan sebaik-baiknya bahwa jihad kabir (jihad besar) dapat dilancarkan dengan perantaraan Alquranul Karim dan bukan dengan pedang.”

JIHAD ALQURANKecaman keempat yang dialamatkan kepada Jemaat kami (Jemaat Ahmadiyah) ialah, kami mengingkari jihad. Kami senantiasa merasa heran, mengapa orang dapat berkata dusta demikian rupa, sebab tuduhan bahwa kami mengingkari jihad adalah dusta belaka. Pada hemat kami, iman itu tidaklah sempurna tanpa jihad. Segala kelemahan serta kemunduran iman yang diderita oleh Islam dan orang-orang Islam, bahkan ketiadaan iman yang nampak pada mereka, semuanya itu hanya disebabkan oleh kemalasan mereka dalam berjihad. Jadi menuduh kami mengingkari jihad adalah mengada-adakan dusta terhadap kami.

Apabila telah diajarkan pada puluhan tempat di dalam Alquran mengenai jihad, maka selaku orang Islam dan pecinta Alquran, betapa mungkin kami mengingkari jihad. Ya, satu hal sangat kami tentang, dan hal itu ialah pertumpahan darah, huru hara, pengkhianatan, perampokan dan pengrusakan yang dilakukan atas nama Islam, sebab perbuatan-perbuatan demikian itu sangat menodai wajah Islam yang molek itu. Kami tidak dapat mentolerir bahwa karena kerakusan, ketamakan, pelampiasan hawa nafsu dan mementingkan diri sendiri menjadikan hukum-hukum Islam yang suci itu binasa. Pendek kata, kami tidak mengingkari jihad, melainkan apa yang kami tentang ialah, anggapan bahwa tindak kezaliman dan penindasan itu jihad.

Pembaca yang budiman akan dapat memahami betapa sakit hati dirasakan oleh seorang pencinta apabila ada seseorang yang mencela kekasihnya dan betapa marahnya ia terhadap orang yang melakukan pencelaan itu. Kami pun menyatakan keluhan terhadap orang-orang yang memburukkan nama Islam dengan perbuatan mereka. Sebab sementara mereka mengaku diri orang Islam, justru mereka sendiri memusuhi Islam. Dewasa ini dunia mempunyai suatu citra bahwa Islam adalah suatu agama biadab dan rasul Islam adalah seorang raja bengis. Apakah mereka melihat di dalam kehidupan Rasulullah saw. ada sesuatu yang menyalahi ketakwaan atau kejujuran? Tidak, sekali-kali tidak! Sebabnya ialah karena orang-orang Islam dengan tingkah-laku mereka telah memasukkan ke dalam otak mereka beberapa khayalan tertentu yang tidak dapat mereka melupakannya untuk barang sekejap saja.

Menurut pendapat kami, salah satu di antara keaniayaan berbahaya yang ditimpakan terhadap pribadi Rasulullah saw. ialah, orang-orang Islam sendiri telah menampilkan kepribadian Rasulullah saw. di hadapan musuh-musuh Islam dengan cara demikian rupa sehingga hati mereka menjadi benci terhadap beliau saw. dan otak mereka dipenuhi pikiran menentang beliau saw. Padahal kepribadian beliau sebenarnya merupakan cerminan sifat kasih sayang dan tidak suka memberi kemudaratan bahkan kepada seekor semut sekalipun.

Kami mendengar dari keempat penjuru teriakan-teriakan: Jihad!, Jihad! Akan tetapi jihad macam apakah yang Allah dan rasul-Nya menyerukan orang-orang untuk melakukannya? Dan kini, jihad manakah yang orang-orang diserukan untuk melakukannya?

Alquran menyerukan kita untuk berjihad sebagai berikut,

    “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka (dengan Alquran) dengan jihad yang besar.” (25:53).

Akan tetapi, apakah orang-orang Islam dewasa ini menyerukan kepada orang-orang untuk berjihad seperti jihad Alquran itu? Berapa banyak-kah orang-orang yang telah keluar untuk berjihad terhadap orang-orang kafir dengan membawa Alquran di tangan mereka? Apakah di dalam Islam dan di dalam Alquran tidak terdapat suatu keindahan apa pun yang dapat menarik hati orang-orang terhadapnya? Apabila hal demikian itu benar, lalu bukti kebenaran Islam itu apa? Tuturan manusia dapat menawan hati orang-orang, tetapi hanya kalam Tuhan yang demikian tidak berkesan sehingga dengan perantaraannya hati orang-orang tidak dapat ditaklukkan? Oleh karena itu maka pedang diperlukan untuk menyuruh orang-orang beriman? Akan tetapi sampai hari ini tidak pernah terjadi hati ditundukkan dengan pedang. Bahkan Islam mengutuk keadaan yang didalamnya agama dianut orang karena takut atau karena rayuan pesona duniawi. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

    “Apabila orang-orang munafik datang kepada engkau, mereka berkata, ‘Kami menyaksikan bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasulullah’ Dan Allah Mahamengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar rasul-Nya dan Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.”(63:2).

Apabila untuk menyebarkan Islam penggunaan pedang dibenarkan, maka apakah mengenai orang-orang yang menerima Islam dengan hati mereka yang munafik, Alquran akan mengatakan dengan perkataan seperti tersebut di atas? Sebab dalam keadaan demikian orang-orang itu seakan-akan menampilkan buah ajaran Alquran. Siapakah yang dapat mengharapkan akan dapat mendirikan suatu jemaat yang terdiri atas orang-orang mukhlis dengan perantaraan pedang? Jadi, sungguh tidak benar Islam memerintahkan agar memasukkan orang-orang bukan-Islam ke dalam agama Islam dengan perantaraan pedang. Islamlah agama pertama yang mengatakan bahwa dalam urusan agama hendaknya ada kebebasan. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

    “Tidak diperkenankan suatu paksaan di dalam agama. Sesungguhnya telah nyata bedanya kebenaran dari kesesatan.”(2:257).

Jadi, tiap-tiap orang mempunyai hak menerima atau menolak kebenaran berdasar keterangan. Demikian pula Allah Taala berfirman,

    “Dan berperanglah pada jalan Allah dengan orang-orang yang memerangimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Dan ingatlah bahwa sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang melampaui batas.”(2:191).

Jadi, apabila Islam memerintahkan perang-agama maka hanya terhadap mereka yang mengatasnamakan  agama memerangi orang-orang Islam dan menginginkan dengan jalan kekerasan memaksa orang-orang Islam meninggalkan agamanya. Mengenai mereka pun orang-orang Islam diperintahkan jangan melampaui batas. Bahkan, apabila mereka berhenti dari perang, maka orang-orang Islam pun harus menghentikan peperangan semacam itu. Kemudian, betapa dapat dikatakan bahwa Islam memerintahkan supaya orang-orang Islam harus berperang terhadap orang-orang di luar agama mereka untuk menyiarkan agama mereka. Allah Taala memerintahkan berperang bukan untuk menghapuskan berbagai  agama, bahkan untuk melindungi berbagai agama, sebagaimana Dia berfirman,

    “Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu. Yaitu, orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, “Tuhan kami hanyalah Allah, dan sekiranya Allah tiada menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian lain, niscaya telah dirobohkan biara-biara dan gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah orang-orang Yahudi dan mesjid-mesjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (22:40,41)

Ayat ini menerangkan dengan kata-kata yang begitu tegas bahwa peperangan-agama baru dibenarkan apabila suatu bangsa melarang orang mengatakan   (Tuhan kami hanyalah Allah). Yakni mereka mengadakan campurtangan dalam agama. Tujuan mereka bukan hendak meruntuhkan tempat-tempat peribadatan bangsa lain dan menyuruh bangsa lain meninggalkan agama mereka atau membunuh mereka melainkan tujuan mereka ialah agar dengan perantaraan mereka segala agama akan terpelihara dan tempat-tempat peribadatan kepunyaan semua agama tetap berdiri hendaknya. Inilah tujuan yang sesuai dengan ajaran Islam, sebab Islam datang ke dunia untuk bertindak sebagai saksi dan pelindung, bukan sebaliknya sebagai pemaksa dan penganiaya.

Walhasil, jihad yang diperkenankan Islam ialah yang dilancarkan terhadap bangsa yang memaksa orang-orang keluar dari agama Islam atau mencegah orang-orang dengan kekerasan dari masuk kedalamnya dan membunuh orang-orang yang masuk Islam karena mereka menerima agama itu. Kecuali terhadap bangsa yang demikian itu jihad tidak boleh dilancarkan terhadap agama lain. Apabila peperangan terjadi, maka peperangan yang demikian itu hanya bersifat politik dan karena alasan nasional yang bisa saja terjadi di antara dua bangsa Islam sekalipun.

Peperangan kejam yang tampil kadangkala tidak lain selain berupa perampokan dan pertumpahan darah itu malang melintang datang merembes ke dalam golongan Islam dari agama-agama lain. Padahal sedikit pun tidak terdapat jejaknya di dalam Islam. Tanggung jawab tuduhan mengenai penyebaran akidah itu paling banyak terletak pada orang-orang Kristen, yang karena itu dewasa ini paling keras menentang orang-orang Islam.

Pada abad-abad pertengahan peperangan agama semacam itu demikian merajalelanya sehingga seluruh Eropa terlibat di dalamnya. Pada satu pihak mereka (orang-orang Kristen) terus menerus menyerbu perbatasan negeri-negeri Islam seperti halnya suku-suku bangsa setengah merdeka dari perbatasan Hindustan selalu menyerbu perbatasan Hindustan, pada pihak lain mereka terus menerus menyerbu bangsa-bangsa Eropa lain yang pada waktu itu belum masuk agama Kristen. Sedangkan di dalam penyerbuan-penyerbuan mereka yang kejam itu mereka beranggapan bahwa perbuatan itu sebagai mencari keridhaan Tuhan. Agaknya seperti lazim kalau orang di dalam keadaan marah menjadi gelap mata maka, karena terpengaruh tingkah orang-orang Kristen itu, orang-orang Islam pun mulai mengadakan penyerbuan-penyerbuan seperti mereka itu. Akhirnya mereka sama sekali telah menjadi lupa akan ajaran agama sendiri, hingga suatu zaman datang ketika orang-orang yang tadinya menjadi guru mereka mulai mengecam mereka.

Namun sayang sekali, kendati pun adanya kecaman itu orang-orang Islam tidak mawas diri. Dewasa ini seluruh dunia senantiasa mempergunakan senjata ini pula untuk menyerang Islam. Akan tetapi mata orang-orang Islam tidak terbuka dan mereka serta merta menyerahkan pedang ke tangan musuh seraya mengatakan supaya mengambil pedang itu dan menyerang agama Islam. Mereka tidak menyadari bahwa peperangan kejam yang mereka namakan jihad itu tidak memberi faedah kepada Islam, bahkan kebalikannya terus-menerus merugikan. Kekuasaan manakah yang memperoleh kemenangan dengan perantaraan senjata ini? Di dalam peperangan banyak manusia tidak begitu berfaedah, bahkan yang berguna ialah kecerdikan, organisasi, pengajaran, perlengkapan, semangat dan simpati bangsa-bangsa lain. Karena unsur-unsur tersebut beberapa bangsa kecil dapat mengalahkan pemerintah-pemerintah raksasa. Apabila unsur-unsur tersebut tidak dimiliki, maka angkatan-angkatan perang yang besar sekali pun menjadi lemah dan tidak berfaedah lagi. Jadi, alangkah baiknya demi membela diri, orang-orang Islam berusaha memperoleh unsur-unsur itu dan bukan dengan menyalahartikan jihad, lalu mencemarkan nama Islam sehingga mereka sendiri merugi. Sebab, apabila orang-orang mengetahui bahwa dengan berkedok agama melancarkan peperangan yang bersifat duniawi, maka seluruh bangsa akan bersatu menentangnya, karena mereka merasa bangsa itu membahayakan dan karena bahaya itu pemerintah yang seadil-adilnya pun tidak dapat tinggal dengan aman. Tiap pemerintah yang berlainan agama menganggap bahwa betapa pun baiknya berurusan dengan bangsa itu, ia tidak akan mendapati keamanan dari padanya, sebab, peperangan yang dilancarkannya bukan karena alasan keaniayaan atau keonaran, melainkan karena alasan perselisihan agama.

Pendek kata, kami tidak mengingkari jihad, melainkan kami menantang salah pengertian tentang jihad, yang karena salah pengertian itu Islam sangat menderita dewasa ini. Pada hemat kami, rahasia kemajuan orang-orang Islam tersembunyi di balik penghayatan akan masalah ini. Apabila hal itu dipahami mereka dengan sebaik-baiknya bahwa jihad kabir (jihad besar) dapat dilancarkan dengan perantaraan Alquranul Karim dan bukan dengan pedang.

Sekiranya mereka memahami bahwa perselisihan agama itu sekali-kali tidak menghalalkan (untuk merampas) nyawa atau harta kekayaan atau kehormatan seseorang, niscaya di dalam hati mereka timbul perubahan, yang dengan perubahan itu akan dengan sendirinya membelokkan mereka ke jalan yang lurus dengan mengamalkan petunjuk Ilahi,

    “Bukanlah kebajikan kalau kamu memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan sejati ialah orang yang bertakwa. Dan masukilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu berbahagia” (2:190).

mereka memahami asas-asas yang benar bagi kemajuan.

***

Dikutip dari buku Da’watul Amir, Mirza Bashiruddin Ahmad (Jakarta: 2007), Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

Post a Comment

0 Comments