28 Mei, Pembunuhan atas Nama Agama terhadap Ahmadiyah di Pakistan

Muhammad Munawar berdoa di makan anaknya

yang terbunuh saat peristiwa penyerangan di Lahore

pada bulan mei di Masjid Ahmadiyah

(Daniel Berehulak - GETTY IMAGES)
28 Mei merupakan hari yang mengingatkan kita akan kekerasan yang mengatasnamakan agama terhadap para pengikut Ahmadiyah di Pakistan. 86 tewas diberondong senjata otomatis dan bom bunuh diri ketika mereka sedang khusu' menaunaikan ibadah shalat jum'at. Tak ada rasa bersalah, tak ada rasa kasihan, yang ada adalah kebencian berdalih jihad fii sabilillah, walaupun jalan tersebut tak sama sekali mencerminkan jalan Allah. Berikut sebuah artikel tentang peringatan tersebut:

FOR AHMADIYYA MUSLIMS, ANOTHER MEMORIAL DAY

By Harris Zafar

Pada tanggal 28 Mei tahun ini, kita memperingati “Memorial Day” (hari peringatan di Amerika Serikat), hari untuk mengingat dan menghormati mereka yang tewas dalam melayani bangsa kita. Tapi di Memorial Day tahun ini saya juga tercermin pada jiwa-jiwa pemberani lainnya yang meninggal pada bentuk pelayanan lain: untuk iman mereka. 28 Mei memiliki makna khusus bukan hanya untuk saya dan puluhan juta anggota dari Jamaah Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia, tapi juga merupakan hari penting bagi semua orang yang cinta damai dan yang hanya menginginkan hak asasi manusia yang sama dan sebuah dunia yang bebas dari penganiayaan atas nama agama dan lainnya.

28 Mei 2012 menandai peringatan dua tahun serangan ganas di Pakistan pada jiwa-jiwa tak berdosa ketika mereka khusuk menyembah tuhan mereka. Saat ibadah shalat Jumat, militan bersenjata - yang diikatkan dengan rompi bunuh diri dan senjata otomatis - masuk ke dua masjid di Lahore, Pakistan, milik Jamaah Muslim Ahmadiyah dan tanpa pandang buluh menembaki para jamaah. Orang dari segala umur mulai berjatuhan saat teroris menjadikan jalan keluar dari masjid untuk menembakkan senjata mereka ke setiap arah yang mereka tuju dan membunuh 86 orang, dan melukai lebih dari 100 orang lebih. Saya kehilangan keluarga hari itu juga. Tehrik-e-Taliban Pakistan (TPP) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan menunjukkan kesediaan untuk melanjutkan agresi.

Tidak ada pertimbangan atas kerugian mereka yang tidak bersalah yang telah kehilangan nyawa. Tidak ada pertimbangan untuk kemanusiaan dari pembantaian brutal itu. Didorong oleh kebencian yang memuncak, para teroris merampas kehidupan orang-orang yang bahkan tidak tahu apa-apa. Seperti baru-baru ini dicatat oleh kelompok advokasi Human Right Watch, dua orang ditangkap selama serangan itu, tapi bukannya membuat kemajuan dalam upaya mereka, pemerintah - serta pertahanan - telah berulang kali melakukan pengangguhan pengadilan.

Direktur Asia Human Rights Watch, Brad Adams, mengeluarkan kata-kata yang keras tentang cara-cara Pakistan dalam menangani kasus ini. "Memalukan,  bahwa dua tahun setelah pembantaian terburuk di Lahore sejak partisi dari India, pemerintah masih belum membawa para tersangka yang ditangkap di tempat kejadian ke pengadilan," kata Adams. "Dengan menjadi kaki tangan ekstremis yang memicu kekerasan terhadap Ahmadiyah, pemerintah memberanikan militan yang menargetkan ahmadiyah yang terkepung, dan memperkuat rasa takut dan rasa tidak aman bagi semua agama minoritas."

Apa yang oleh para pendukung hak asasi manusa dan kebebasan beragama temukan begitu mengerikan dan seperti apa yang New York Times gambarkan sebagai "Kebijakan Pakistan untuk memelihara ekstremisme."

Pemerintah tidak melindungi warga negaranya sendiri. Sebaliknya sistem hukum tidak hanya tetap bungkam terhadap serangan tersebut melainkan juga menyediakan bahan bakar bagi organisasi radikal untuk membenarkan serangan itu.

Dua tahun kemudian, alih-alih memberikan pengamanan ekstra bagi komunitas yang paling banyak dianiaya ini, pemerintah terlihat seperti yang lain-lainnya. Amnesty International baru-baru ini mencatat bahwa di kota Rawalpindi, pemerintah Pakistan menyerah pada tuntutan ulama ekstremis dan melarang anggota dari Jamaah Muslim Ahmadiyah untuk menggunakan masjid mereka sendiri. Awal bulan ini, Los Angeles Times melaporkan dari Lahore, polisi Pakistan mengambil palu dan pahat dan mulai menghancurkan bagian dari sebuah masjid Jamaah Muslim Ahmadiyah karena mereka mengklaim bahwa kubah dan hiasan Alquran membuat bangunan tampak terlalu mirip sebuah masjid.

28 Mei, dengan demikian, merupakan hari yang penting karena berfungsi sebagai ‘contoh sukses’ dari ketidakadilan, intoleran dan ketidak-setaraan yang menghambat Pakistan. Pemerintah harus mengubah secara struktural dan memungkinkan bagi semua orang untuk secara bebas menjalankan keyakinan mereka. Kebijakan negara tidak boleh ditetapkan oleh para ulama agama, terutama mereka yang menaruh kebencian, dan kesalahpahaman yang berbahaya bagi keimanan kita.

Pemimpin agama tersebut tidak hanya merupakan pemicu dari letusan pola pikir ekstremis dan kegiatan teroris di Pakistan, mereka juga menghina Islam dengan mengklaim dalam rangka membela keyakinan. Islam tidak membutuhkan mereka yang menggunakan kekerasan yang mereka sebut sebagai membela keyakinan tersebut. Islam mengutuk kekerasan dan merampas nyawa tak berdosa, dan Jamaah Muslim Ahmadiyah menolak klaim dari para ekstremis bahwa mereka mengikuti prinsip-prinsip Islam.

Pemimpin spiritual Jamaah Muslim Ahmadiyah seluruh dunia (Khalifah) Mirza Masroor Ahmad telah mendesak anggota Ahmadiyah untuk menjalani hidup damai dalam diri mereka. Jadi cara terbaik yang dapat kita kenang pada mereka yang telah kehilangan nyawa karena keimanan mereka dan bangsa mereka adalah memastikan hidup mereka tidak hilang sia-sia. Marilah jadikan hidup dan kematian mereka menjadi inspirasi terhadap pemberantasan kekerasan, peperangan, pertumpahan darah, dan ketidakadilan di seluruh dunia. Apalagi cara terbaik untuk mengingat dan menghormati mereka yang telah meninggal saat melayani bangsa dan iman mereka – selain dengan mendedikasikan ingatan kepada mereka dengan menyelamatkan nyawa orang lain?

Harris Zafar adalah juru Bicara nasional untuk Jamaah Muslim Ahmadiyah USA dan sering memberi pelajaran tentang Islam di seluruh negeri. Bisa dihubungi di harris.zafat@ahmadiyya.us

(Jusman)

Sumber: http://www.washingtonpost.com/blogs/guest-voices/post/for-ahmadiyya-muslims-another-memorial-day/2012/05/29/gJQAzZ2nyU_blog.html#


Post a Comment

0 Comments